Berita Terkini Nasional

49 Napi Lapas Kelas II B Kutacane Aceh Kabur, Diduga Tuntut Masalah Bilik Asmara

Editor: Teguh Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KABUR - Narapidana Lapas Kelas II B Kutacane, Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh, kabur menjelang berbuka puasa, Senin (10/3/2025).

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, ACEH - Viral di media sosial puluhan narapidana Lapas Kelas II B Kutacane, Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh, kabur menjelang berbuka puasa, pada Senin (10/3/2025) kemarin.

Berdasarkan video warga yang beredar di media sosial, para tahanan tampak lari secara bergerombolan. Mereka memanjat pintu pagar depan yang lepas.

Pada video tersebut juga tampak lalu lintas di depan lapas sedang macet.

Saat itu, para narapidana terlihat berhamburan hingga beberapa di antaranya menghadang pengguna jalan yang lewat di depan lapas.

Pedagang takjil di depan lapas kaget, bahkan berteriak ketika melihat begitu banyak penghuni lapas yang kabur.

Semua yang kabur hampir tidak ada yang mengenakan sandal, apalagi sepatu.

Beberapa di antaranya malah terlihat lari tanpa baju, hanya mengenakan celana pendek saja.

Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 18.20 WIB.

"Ya, mereka kabur ramai-ramai, kabarnya kabur lewat atap lapas yang dibobol," kata seorang warga Aceh Tenggara kepada Kompas.com.

Berdasarkan informasi, ada sekitar 49 orang narapidana yang kabur.

Puluhan narapidana itu berhasil keluar setelah membobol lapisan pintu pengamanan hingga merusak atap gedung lapas.

Dari 49 penghuni lapas yang lari jelang berbuka puasa itu, baru 14 orang yang berhasil tertangkap kembali.

Dengan demikian jumlah yang belum tertangkap dan terus diburu masih 35 orang lagi.

Informasi itu diperoleh Serambinews.com dari Kepala Kantor Wilayah Pemasyarakatan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Kakanwil Ditjenpas) Provinsi Aceh, Yan Rusmanto, pada Selasa (11/3/2025) pagi.

Ia mengatakan, begitu dapat kabar puluhan penghuni LP Kutacane melarikan diri, ia bersama sejumlah staf langsung berangkat dari Banda Aceh menuju Kutacane.

Dalam perjalanan, Yan mendapat tambahan laporan dari Kepala Lapas Kutacane, Andi Hasyim bahwa Lapas Kelas II B tersebut dihuni 368 orang.

Sebanyak 319 orang di antaranya berstatus narapidana (napi).

Selebihnya merupakan tahanan titipan kejaksaan atau pengadilan negeri setempat.

“Yang lari itu sebagian besar napi narkoba. Sedangkan napi dan tahanan kasus yang lainnya masih didata,” ujar Yan.

Ia juga mengirimkan video berisi keterangan pers Kepala LP Kelas II B KUtacane kepada insan pers di lobi LP tersebut tadi malam.

Dari video itu tergambar pernyataan Kepala LP Kutacane, Andi Hasyim, bahwa tidak ada unsur kelalaian petugas dalam kejadian itu.

Saat kejadian, semua pintu yakni pintu 1, 2, hingga pintu utama dalam keadaan terkunci. Sipir yang bertugas saat itu hanya enam orang.

Diakuinya, angka itu tak berimbang dengan rasio penghuni LP yang mencapai 368 orang.

Artinya ada kerawaman jika terjadi mobilisasi penghuni sebanyak itu ke satu titik tertentu.

Menurut Andi, puluhan penghuni LP mendobrak pintu 1, 2, dan pintu utama, lalu kabur dengan melomptati pagar besi halaman depan LP tersebut yang tidak begitu tinggi.

Versi lain menyebutkan, para warga binaan lari justru setelah menyerang petugas dan menjebol atap LP.

Sebelumnya sempat terjadi keributan saat penghuni LP antrean mengambil bekal berbuka puasa. Lalu ada yang nekat memanjat plafon dan membobol atap LP untuk lari.

Kepala Lapas Kutacane, Andi Hasyim juga menyebut salah satu faktor pemicu larinya para warga binaan tersebut adanya tuntutan supaya di dalam lapas ini disediakan bilik asmara.

Adapun bilik asmara adalah istilah internal lapas, yakni ruangan khusus yang digunakan oleh napi untuk berhubungan biologis dengan pasangannya yang sah saat datang berkunjung.

Bilik asmara juga disebut bilik cinta atau bilik mesra.

Adapun jumlah lapas yang memiliki bilik asmara sangat terbatas di Indonesia. 

Namun, menurut Andi, pengadaan bilik asmara di dalam lapas bukan kewenangannya.

Dia hanya bisa menyampaikan aspirasi itu kepada atasan langsungnya di provinsi, yakni Kakanwil Ditjenpas Provinsi Aceh.

Andi juga menambahkan, salah seorang yang lari itu akhirnya mendatangi rumah salah seorang sipir untuk menyerahkan diri.

“Itu karena dia semula tidak ada rencana untuk lari. Hanya ikut-ikutan, terdorong oleh kawan-kawannya yang sedang kabur,” imbuhnya.

Ia pun mengimbau agar seluruh napi yang kabur itu segera kembali.

Menurutnya, percuma saja lari karena semua data pribadi (identitas) mereka, bahkan fotonya sudah dimiliki pihak lapas dan segera disebar untuk diketahui publik.

Andi pun yakin dengan koordinasi dan kerja sama dengan pihak polres, para napi akan tertangkap kembali.

Sementara itu, Kapolres Aceh Tenggara, AKBP R Doni Sumarsono, menyebutkan bahwa kaburnya para narapidana juga dipicu oleh lamanya proses pembagian makanan berbuka puasa.

Hal ini menyebabkan antrean panjang dan desak-desakan di antara warga binaan, yang akhirnya memicu keributan pada pukul 18.15 WIB.

"Sekitar pukul 18.25 WIB, sejumlah warga binaan secara serentak melakukan keributan dan mendobrak pintu besi pembatas wilayah aman dalam Lapas," tambah Doni.

Ia pun menegaskan bahwa insiden ini menjadi pengingat pentingnya pengawasan ketat terhadap warga binaan, terutama dalam situasi tertentu yang berpotensi memicu kerusuhan.

"Insiden ini mengingatkan kembali pentingnya pengawasan yang ketat terhadap para warga binaan, terutama pada saat-saat tertentu seperti pembagian makanan berbuka puasa, yang dapat memicu kerusuhan dan pelarian," pungkasnya.

(tribunnetwork)

 

Berita Terkini