Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Pemerintah saat ini memprioritaskan pembangunan di bidang pendidikan, infrastruktur, dan kesehatan. Salah satu fasilitas penting di sektor kesehatan adalah rumah sakit.
Di Lampung, RSUD Abdul Moeloek (RSUDAM) telah ditetapkan sebagai rumah sakit pengampu regional untuk sembilan layanan kesehatan prioritas nasional. Apa saja layanan tersebut dan bagaimana penerapannya?
Simak wawancara eksklusif Tribun Lampung bersama Pelaksana tugas (Plt ) Direktur Utama RSUDAM dr Imam Ghozali.
Apa yang bisa dijelaskan RSUDAM sebagai rumah sakit pengampu 9 pelayanan prioritas?
Pengampuan ini merupakan program nasional dari pemerintah pusat.
Tujuannya agar layanan kesehatan prioritas bisa dirasakan secara merata di seluruh wilayah Indonesia.
Maka ditunjuklah rumah sakit pengampu di berbagai daerah untuk menangani layanan-layanan tertentu.
Dari 10 layanan prioritas yang ditetapkan, RSUD Abdul Moeloek dipercaya untuk mengampu 9 di antaranya.
Layanan tersebut meliputi stroke, jantung, kanker, penyakit ginjal, tuberkulosis, diabetes melitus, dan hepatologi.
Program ini bertujuan agar masyarakat di kabupaten/kota tidak perlu lagi ke Jakarta untuk mendapatkan pelayanan kesehatan lanjutan.
Cukup dirujuk ke RSUDAM yang telah terverifikasi dan memiliki fasilitas serta SDM mumpuni.
Lampung ditunjuk mengampu 15 kabupaten/kota. Apakah semuanya sudah siap?
Belum semua. Beberapa kabupaten sudah menyiapkan infrastruktur untuk layanan tertentu seperti jantung, sehingga tak harus selalu merujuk ke RSUD Abdul Moeloek.
Tapi secara umum, masih banyak daerah yang belum siap.
Karena itu, rumah sakit-rumah sakit daerah tetap diwajibkan merujuk pasien dengan penyakit prioritas ke RSUDAM agar penanganannya optimal dan sesuai standar.
Seperti apa sistem kerja pengampu ini dijalankan di RSUDAM?
Contohnya untuk layanan jantung. Hingga saat ini, kami sudah melakukan 7 operasi jantung terbuka di RSUDAM.
Padahal dulu pasien harus dirujuk ke RS Jantung Harapan Kita di Jakarta dengan adanya layanan ini cukup di Lampung saja.
Kami juga bekerja sama dengan RS Harapan Kita, dan kini bisa melakukan operasi jantung secara mandiri di Lampung.
Bahkan, Oktober lalu kami mendapat bantuan alat kateterisasi dari pusat, sehingga saat ini kami punya dua cath lab aktif.
Masyarakat Lampung kini bisa mendapatkan layanan kateterisasi di sini tanpa perlu ke luar provinsi.
Apa tantangan dalam menjalankan 9 pengampu ini?
Tantangannya tentu besar. Selain menyiapkan SDM yang cukup dan berkualitas, kami juga harus memodernisasi alat, memperbarui fasilitas, dan menyesuaikan infrastruktur.
Hal ini tidak hanya kami lakukan di RSUDAM, tapi juga mendorong agar rumah sakit kabupaten/kota meningkatkan kesiapan mereka. Sinergi dengan pemerintah daerah sangat diperlukan, terutama dalam hal pengadaan alat kesehatan.
Bagaimana kondisi rumah sakit di kabupaten/kota dalam menyambut pengampu ini? Apakah bisa sejajar dengan RSUDAM?
Untuk alat besar, saat ini sudah mulai setara karena dibantu oleh pemerintah pusat melalui program SIREN dari Bank Dunia.
Program ini tidak hanya mengirim alat, tapi juga membiayai pendidikan SDM melalui fellowship.
Jadi rumah sakit di kabupaten/kota hanya perlu menyiapkan tenaga medis, sementara pelatihan dan pembiayaannya ditanggung oleh pusat. Tujuannya agar kualitas layanan dan mutu bisa sama dengan RSUDAM.
Dari 9 layanan pengampu, mana yang paling sering ditemui di Lampung?
Semua layanan menjadi prioritas, namun kanker dan diabetes melitus paling banyak ditemui.
Untuk kanker, kami sudah menyiapkan SDM serta membuka layanan kemoterapi.
Untuk diabetes melitus, kini tak hanya dialami oleh usia tua, tapi juga remaja. Karena itu, kami membuka klinik khusus diabetes di RSUDAM lengkap dengan konsultannya.
Ini penting agar pasien bisa melakukan pemeriksaan rutin dan berkonsultasi langsung.
Terkait SDM, apa perlu adanya fellowship?
Fellowship ini bagian dari upaya peningkatan kualitas tenaga medis. Kami tidak hanya menambah jumlah SDM, tapi juga meningkatkan kompetensinya.
Selain itu, kami juga terus memperbarui alat-alat medis. Misalnya, saat ini kami sudah memiliki alat laparoskopi 3 dimensi, alat foto retina mata, dan lainnya.
Untuk wilayah Sumatera bagian selatan, fasilitas kami termasuk yang terbaik.
RSUDAM juga melayani pasien luar provinsi?
Ya, karena posisinya strategis dan layanan kami lengkap, kami juga terbuka untuk masyarakat dari provinsi sekitar. Dibanding harus ke Jakarta, mereka bisa datang ke Lampung.
Bagaimana dengan pembiayaan operasional RSUDAM ke depan?
Saat ini kami menggunakan skema BLUD (Badan Layanan Umum Daerah). Tapi kami berharap ke depan bisa lebih mandiri, tidak bergantung pada subsidi.
Kami sedang menjajaki kerja sama dengan pihak swasta. Jadi nantinya swasta bisa membangun sarana, sementara manajemen tetap dipegang oleh RSUDAM. Ini bentuk kerja sama mutualisme.
Dengan status rumah sakit pengampu, apakah pelayanan di RSUDAM meningkat?
Tentu saja. Kami berkomitmen memberi pelayanan terbaik kepada masyarakat Lampung.
Sebagai rumah sakit pengampu regional, kami harus berperan aktif meningkatkan mutu layanan, berkolaborasi dengan pemerintah daerah, dan membuka akses layanan seluas-luasnya.
(Tribunlampung.co.id/Riyo Pratama)