Situasi panik menyelimuti penumpang yang berhamburan menyelamatkan diri.
“Kejadiannya begitu cepat, tidak ada yang mengira kapal KMP Tunu Pratama Jaya akan tenggelam” katanya.
Kondisi mesin kapal dan lampu telah mati di tambah posisi kapal juga semakin miring.
2. Pelukan Terakhir
Cahyani yang tidak bisa berenang disuruh untuk memeluk tubuh Febriani dan memutuskan untuk melompat ke laut, namun di barengi tenggelamnya kapal AKP Tunu Pratama Jaya gelombang besar menghantam keduanya.
“Pada saat itulah pelukan istri saya terlepas” jelasnya.
Setelah sadar di permukaan dalam kondisi gelap Febriani mencoba untuk mencari sang istri, namun tak kunjung ketemu.
Febriani memutuskan untuk naik ke kapal karet dan bergabung bersama 11 korban selamat lainnya.
“Saya akhirnya dibantu orang-orang naik ke kapal karet saat itu masih mencoba memanggil istri saya tapi tetap tidak ada jawaban, di situ lah saya putus asa tapi masih berusaha berfikir positif mungkin istri saya di perahu karet yang lain” ujarnya.
3. Diselamatkan Perahu Nelayan
Semalaman terombang-ambing akhirnya 12 korban selamat termasuk Febriani. Mereka terselamatkan ketika melihat perahu nelayan melintas.
Kapasitas terbatas mengakibatkan kapal nelayan hanya bisa mengangkut setengah nya saja dari 12 orang dan sisanya di jemput oleh rekan nelayan tersebut.
Febriani langsung dibawa ke Posko APDB Gilimanuk pukul 09.30 WITA pada Kamis (3/7/2025).
4. Kabar Istri Meninggal Dunia
Sampai di Posko Febriani mendapat kabar bahwa istrinya yaitu Cahyani telah meninggal dunia.