Berita Lampung

Alasan Warga Lampung Tengah Pilih Minyak Curah Bila MinyaKita Langka 

Editor: soni yuntavia
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ALTERNATIF - Ilustrasi Warga Lampung Tengah mencari minyak curah sebagai alternatif bila MinyaKita langka, Sabtu (23/8/2025).

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Lampung Tengah - Pemprov Lampung beberapa waktu lalu sempat menyoroti harga satu kebutuhan pokok yang dijual melebihi harga standar atau Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah, yaitu MinyaKita.

Pada Jumat (22/8) lalu, Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal mendapati harga minyak goreng kemasan yang dijual di Pasar Natar, Lampung Selatan masih dijual Rp 17.000 per liter.

Namun, realita di lapangan, harga satu liter minyak goreng Minyakita di tiap-tiap pasar di Provinsi Lampung bervariasi. Meski demikian, rentang harga umum yang dipakai para pedagang di kisaran Rp 16.000 hingga Rp 18.000.

Santoso Raharjo (30), pedagang sembako di pasar tradisional Kecamatan Punggur, Lampung Tengah misalnya, menyebut Harga Eceran Tertinggi (HET) yang berlaku di wilayah tersebut di harga Rp 17.500 untuk minyak goreng kemasan 1 liter Minyakita.

"Modal yang kami keluarkan untuk belanja (Minyakita) Rp 15.600. Itupun stok Minyakita sedikit langka, tapi kalau merek lain stok banyak," katanya, Sabtu (23/8/2025).

Menurutnya, stok minyak goreng yang saat ini sulit dicari atau stoknya terbatas hanya Minyakita yang sedikit sulit, selebihnya untuk merek lain sangat tersedia di toko dan pasar.

Kendati demikian, Santoso mengaku, terbatasnya stok Minyakita tidak menyurutkan animo pembeli mencari minyak goreng.

Bahkan, pembeli tidak ada respon apapun ketika mendapati harga sedikit di atas HET, khususnya saat kondisi Minyakita sedang langka.

Selain itu, kata dia, masyarakat juga bisa mengambil opsi minyak curah, apabila ingin mendapatkan minyak serupa seperti MinyaKita tatkala stoknya sedang sulit.

"Minyak curah di toko-toko masih tersedia, banyak. Harganya antara Rp 15.000- Rp 16.000. Peminat minyak curah juga hampir sama jika dibandingkan dengan konsumen Minyakita karena selisih harga tidak terlalu jauh, dan soal kualitasnya juga kurang lebih sama sih,"

Sementara, Nabila Dwi, konsumen di pasar tersebut mengaku, ketersediaan minyak goreng di pasar tersebut masih mudah untuk dicari.

Dia mengaku masih bisa mendapatkan minyak goreng berbagai merek dengan harga yang sesuai dengan kantongnya.

"Kalau minyak sih masih gampang nyarinya, MinyaKita juga ada kok, kalau harganya ya masih lumrah," kata dia ksaat sedang berbelanja kebutuhan pokok di Pasar Punggur.

Bagi dirinya sebagai ibu rumah tangga dengan 3 orang anggota keluarga, kebutuhan minyak goreng tiap bulannya menghabiskan 7 - 8 liter.

Merek minyak goreng yang biasa dia pakai pun menggunakan Minyakita. Namun dia mengaku tidak ketergantungan untuk selalu menggunakan minyak merk tersebut.

Dalam artian, apabila Minyakita mengalami kelangkaan, dia masih bisa mendapatkan minyak goreng kemasan lain, meskipun harganya lebih mahal.

"Kalau nggak ada Minyakita, biasanya pakai Rose Brand. Ya biasa aja sih, maksudnya selama masih ada minyak goreng ya nggak papa, nggak harus Minyakita, minyak curah pun oke kalau kepepet," pungkasnya. (faj)

( Tribunlampung.co.id ) 

Berita Terkini