Dugaan Malapraktik di Lampung

Pengakuan Korban Dugaan Malapraktik di Lampung, Karena Operasi Miom Nyaris Cuci darah 

Korban dugaan malapraktik di salah satu rumah sakit swasta di Bandar Lampung masih mengalami rasa sakit

Penulis: Bayu Saputra | Editor: soni yuntavia
Tribun Lampung / Bayu Saputra
DUGAAN MALAPRAKTIK - Korban dugaan malapraktik RS swasta Endang Febriaki saat diwawancarai Tribun Lampung dalam program Saksi Kata, Selasa (9/9/2025). 

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Korban dugaan malapraktik di salah satu rumah sakit swasta di Bandar Lampung masih mengalami rasa sakit. 

Korban Endang Febriaki (42), warga Way Halim, Kota Bandar Lampung, masih merintih kesakitan pasca operasi miom. 

Dia menjelaskan poses pengobatan di rumah sakit swasta tersebut. 

"Saat itu saya tidak enak badan, lemas, panas hingga mual dan sakit kepala. Saya berobat ke RS swasta tersebut pada 19 Juni 2025," kata Endang. saat diwawancarai di rumahnya, di Way Halim, Kota Bandar Lampung, Selasa (9/9/2025).

Pada malam harinya selepas Isya dirinya  berangkat ke RS swasta tersebut dan diperiksa perawat di ruang IGD.

Saat diperiksa perawat menanyakan kondisi perutnya yang keras. Sempat ditanya apakah dirinya pernah menjalani USG, korban menjawab belum.

"Kami menunggu cek darah, selesai dua jam ada dokter jaga memberitahu bahwa kadar leukosit saya tinggi, katanya ada infeksi," kata Endang. 

Setelah menunggu dua jam lamanya,  dokter jaga menjelaskan bila hb-nya juga rendah di kisaran 7.

Karena kondisi itu Endang diharuskan transfusi darah dan disarankan dokter untuk rawat inap.

Sekitar pukul 03.00 WIB dini hari Endang mulai masuk ke ruang rawat inap.

"Setelah transfusi darah dibawa ke USG dan usai diperiksa dokter penyakit dalam diketahui ada pembengkakan sedikit di ginjal sedikit," kata Endang.

Dokter jaga menjelaskan pembengkakan ginjal karena saluran kencingnya tertekan.

"Jadi saya diberitahu ada miom dengan diameter 11 sentimeter," kata Endang.

Dirinya juga saat itu bertanya ke dokter penyakit yang mana didahulukan untuk diobati. 

"Saya bilang ada juga batu empedu, tapi kata dokter karena kecil ukurannya tak dihiraukan. Pembengkakan ginjal bisa diobati, karena harus miom dulu yang disembuhkan," kata Endang. 

Saat menjalani transfusi darah 2 kantung, perawat datang dan bertanya dokter kandungan mana yang akan dipilih Endang untuk pemeriksaan 

Perawat juga menjelaskan ada tiga dokter kandungan yang siap memeriksa. Awalnya dirinya memilih dokter kandungan perempuan, namun karena sedang cuti akhirnya Endang memilih dokter B.

"Keesokan harinya saya dibawa ke ruangan dokter dalam posisi sedang transfusi darah, saya di USG ulang dan dijelaskan terdapat miom sebesar 11 cm atau besarnya seperti kepala bayi hamil 6 bulan," kata Endang. 

Penyakitnya miom itu harus diangkat dengan rahimnya, karena besarnya sudah di atas 10 cm.

Sebelum mengiyakan dirinya konsultasi dengan suami. Hasilnya suami membolehkan dirinya sudah punya keturunan.

"Saya juga sempat tanya apakah bisa diangkat tanpa rahim, dokter menjawab tidak bisa karena miom sudah di atas 10 cm," kata Endang. 

"Kalau tak dioperasi maka miom akan membesar. Rencana operasi pada Senin 23 Juni 2025 dan saya siap, operasi sesar tanpa mengeluarkan anak," kata Endang. 

Sebelum operasi malamnya dia transfusi 2 kantung darah.

"Sebelum operasi kencing  lancar dan tak ada keluhan. Kemudian selesai jam 11.00 WIB lalu dibawa kembali ke ruang perawatan," kata Endang. 

Pasca operasi Endang mengaku belum boleh minum, dan tim media sudah memasang kateter dan air seni ada sekitar 200 mililiter. 

"Saya tidur dan sekitar jam 15.00 WIB bangun minta minum, tapi boleh minum jam 17.00 WIB," kata Endang. 

"Saya tak buang air kecil, dari itu saya tidak bisa kencing pasca operasi. Sampai perawat dua kali ganti kateter lalu dikasih obat lancar kencing," kata Endang. 

Setelah di RS swasta pertama dirinya pada Rabu malam dirujuk ke RS swasta lainnya pukul 23.30 WIB, dibawa dengan mobil ambulans.

"Saat itu saya tidak buang air kencing pasca operasi, perut membesar dan kami masuk ruangan,"kata Endang. 

Hingga dokter RS swasta masuk ruangan. Yang memeriksa spesialis urologi, spog dan dokter penyakit dalam. 

"Saya sudah MRI dan rontgen, Sabtu 28 Juni 2025 adaa operasi nevrost kanan dan kiri untuk pasang selang dari ginjal untuk mengeluarkan air seni yang belum keluar selama 5 hari," kata Endang. 

Setelah operasi berliter air kencing mulai keluar dan kondisinya mulai membaik. 

"Kamis operasi penyambungan saluran kencing, setelah di MRI dan rontgent didapati ada saluran kencing yang putus," kata Endang. 

Dirinya langsung menjalani operasi penyambungan saluran kencing bagian kanan, hingga akhirnya bisa dipulangkan pasca operasi

Endang mengatakan, dirinya mengalami putus saluran kencing akibat operasi pengangkatan miom di RS swasta pertama.

Dokter di RS swasta pertama hanya bilang dirinya hanya trauma saluran kencing, tapi dokter itu tidak menjelaskan penyebabnya saat saya sudah mengeluh sakit.

Berangkat dari kondisi itu Endang  sudah melaporkan kepada pihak RS swasta tersebut, namun tidak ada tanggapan.

"Saya masuk ke RS ada miom kemudian operasi namun saluran kencing putus," kata Endang. 

"Kami telah menyerahkan kasus ini ke pengacara," kata Endang. 

Saat ini dia menggunakan selang nervos dari ginjal sebelah kiri untuk sambungan buang air kecil. 

"Kami pernah melakukan pertemuan tapi tidak menghasilkan kesepakatan. Harapan saya  air kencing  kembali bisa keluar normal, karena kadar racun sampai 10 dan hampir cuci darah," kata Endang. 

"Harapan saya ingin sembuh sediakala," kata Endang.

( Tribunlampung.co.id / Bayu Saputra ) 

 

 

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved