Aksi Massa di Perkebunan Nusantara

Buruh Perkebunan Nusantara Berbaju Merah Padati Jalan Protokol Teuku Umar

Buruh Perkebunan Nusantara mengenakan baju merah padati Jalan Protokol Teuku Umar, Bandar Lampung.

Penulis: Bayu Saputra | Editor: Reny Fitriani
Tribunlampung.co.id/Bayu Saputra
PADATI JALAN - Buruh Perkebunan Nusantara mengenakan baju merah padati Jalan protokol Teuku Umar, Bandar Lampung, Senin (22/9/2025).  

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Buruh Perkebunan Nusantara mengenakan baju merah padati Jalan Protokol Teuku Umar, Bandar Lampung, Senin (22/9/2025). 

Massa aksi mulanya berdiri di depan kantor Perkebunan Nusantara dan orator menyampaikan tuntutannya. 

Kemudian tak berselang lama para pendemo tersebut duduk di aspal depan kantor Perkebunan Nusantara. 

Para pendemo menutupi jalan dan  aparat kepolisian dari Satlantas Polresta Bandar Lampung berjaga untuk mengatur arus lalu lintas. 

Sebelumnya, buruh Perkebunan Nusantara menggelar aksi damai menuntut kenaikan status, Senin (22/9/2025). 

Para buruh membentangkan karton dengan menuliskan harapan demi harapan untuk pemimpin bangsa Indonesia. 

Adapun secercah harapan yang ditulis oleh para buruh yakni "Yth Pak Prabowo Lihat Buruh mu Ini Belum Merdeka".

Ada juga tulisan lainnya yakni "PKWT Harus Diangkat Dinas".

Ratusan buruh duduk rapih berjejer di atas aspal yang panas sambil mendengarkan orasi yang lantang oleh orator. 

Sementara polisi berjaga ketat di depan pintu gerbang kantor Perkebunan Nusantara.

Salah satu massa aksi Ahmad Muzaki mengatakan, pihaknya menggeruduk kantor Perkebunan Nusantara untuk peningkatan status. 

"Khusus kami di Bergen ada 200 orang yang menggeruduk, keseluruhan ada 800 orang gabungan ke kantor Perkebunan Nusantara hari ini," kata Ahmad Muzaki.

Massa aksi merupakan gabungan dari buruh-buruh karet yang bekerja pada perusahaan Perkebunan Nusantara.

"Buruh dari Tanjung Bintang hingga Kalianda ikut juga hadir memperjuangkan haknya," ujarnya.

Buruh yang bekerja sampai 20 tahun juga belum ada kepastian status, bahkan ada yang dipecat. 

Pihaknya diminta untuk meningkatkan jumlah produksi akan tetapi tidak pernah memberi pupuk kepada buruh

"Kami juga diintimidasi kalau tidak sanggup keluar saja dari perkebunan kata manajemen yang selalu disampaikan kepada kami," kata Ahmad. 

(Tribunlampung.co.id/Bayu Saputra)

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved