Sosok Amalia Sianti, Bu RT Cantik yang Dekat dengan Warga, Diandalkan 200 KK

Sosok Amalia Sianti, seorang ibu rumah tangga alias IRT yang kini menjadi andalan bagi 200 kepala keluarga di RT 02/RW 01, Kelurahan Bonto Lebang.

Dokumentasi Tribun-Timur.com
BU RT CANTIK - Sosok Amalia Sianti, seorang ibu rumah tangga alias IRT yang kini menjadi andalan bagi 200 kepala keluarga di RT 02/RW 01, Kelurahan Bonto Lebang. Amalia saat ini ditunjuk sebagai Pejabat Sementara (Pjs) Ketua RT di RT 02/RW 01, Kelurahan Bonto Lebang, Kecamatan Mamajang, Kota Makassar. Penunjukkan perempuan 27 tahun ini terjadi sejak Maret 2025. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Makassar - Sosok Amalia Sianti, seorang ibu rumah tangga alias IRT yang kini menjadi andalan bagi 200 kepala keluarga di RT 02/RW 01, Kelurahan Bonto Lebang.

Amalia saat ini ditunjuk sebagai Pejabat Sementara (Pjs) Ketua RT di RT 02/RW 01, Kelurahan Bonto Lebang, Kecamatan Mamajang, Kota Makassar. Penunjukkan perempuan 27 tahun ini terjadi sejak Maret 2025.

Keputusan itu menempatkan Amalia sebagai penanggung jawab lingkungan padat penduduk yang dihuni sekitar 200 kepala keluarga atau hampir 800 jiwa.

Ketua RT (Rukun Tetangga) adalah pemimpin sebuah Rukun Tetangga di Indonesia, sebuah lembaga kemasyarakatan di bawah Rukun Warga (RW) dan merupakan bagian dari struktur pemerintahan desa atau kelurahan terendah.

Mereka dipilih oleh warga di lingkungannya untuk melayani masyarakat dalam urusan administrasi, keamanan, kerukunan hidup, serta sebagai jembatan penghubung antara warga dan pemerintah desa/kelurahan. 

Dikutip Tribunlampung.co.id dari Tribun-Timur.com, Amalia bercerita bagaimana ia akhirnya dipercaya warga untuk memimpin wilayah RT 02/RW 01.

“Memang di antara RT yang ada di Bonto Lebang, wilayah saya yang paling banyak penduduknya,” kata Amalia.

Meski baru tujuh bulan menjabat, Amalia langsung bergerak cepat. Ia menjalankan sejumlah program lingkungan yang menjadi prioritas Pemerintah Kota Makassar.

Di antaranya pendataan warga untuk program sampah gratis, persiapan kegiatan urban farming, serta budidaya maggot yang sudah ia ikuti melalui sosialisasi tingkat kelurahan.

“Kami juga rutin menjalankan kegiatan Jumat bersih. Jadi tiap pekan, warga gotong royong membersihkan got, tempat ibadah, atau lingkungan sekitar,” jelasnya.

Namun, tak semua berjalan mulus. Amalia mengakui, satu di antara tantangan terberat adalah soal iuran sampah.

“Kadang ada warga yang mudah bayar, tapi ada juga yang keberatan. Bahkan ada yang protes karena mengira iuran sampah sudah dihapus,” ujarnya.

Menurutnya, tidak semua rumah mendapatkan layanan sampah gratis, karena kebijakan tersebut bergantung pada daya listrik yang digunakan.

“Jadi saya berusaha kasih pengertian, supaya adil, terutama bagi warga yang memang serba kekurangan,” tambahnya.

Dekat dengan Warga

Halaman
123
Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved