Berita Terkini Nasional

Orangtua Santri Al Khoziny Protes Lambannya Evakuasi, '3 Hari Sampai Mati di Dalam'

Para orangtua santri ponpes Al Khoziny protes lambannya proses evakuasi buah hati mereka yang masih terjebak reruntuhan bangunan.

Editor: Kiki Novilia
TRIBUNJATIM.COM/M TAUFIK
ORANGTUA PROTES - Proses evakuasi korban ambruknya Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, Rabu (1/10/2025) siang. Para orangtua santri ponpes Al Khoziny protes lambannya proses evakuasi. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Sidoarjo - Para orangtua santri pondok pesantren (ponpes) Al Khoziny memprotes lambannya proses evakuasi buah hati mereka yang masih terjebak reruntuhan bangunan. Mereka ingin agar segera dilakukan percepatan 

Aksi protes ini disampaikan di depan Mantan Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini yang hadir saat evakuasi. Mereka khawatir anak-anaknya meregang nyawa jika terlalu lama terjebak di sana.

"Kalau tiga hari sampai mati di dalam," kata orangtua, dikutip dari Tribunjatim, Jumat (3/10/2025).

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tradisional yang sudah ada sejak lama di Indonesia. Pondok pesantren berfungsi tidak hanya sebagai tempat untuk menuntut ilmu agama, tetapi juga sebagai tempat pembinaan akhlak, kedisiplinan, dan kehidupan bermasyarakat.

Ponpes Al Khoziny yang terletak di Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur itu ambruk pada Senin (29/9/2025). Peristiwa ambruknya bangunan musala Ponpes Al Khoziny ini menimbulkan kepanikan terutama para orangtua yang anaknya terjebak di bawah reruntuhan bangunan. Proses evakuasi korban masih terus dilakukan oleh tim gabungan hingga hari ini. 

Namun, puluhan orangtua santri terus mendesak Tim SAR mempercepat evakuasi. Mereka mengaku tidak puas dengan lambannya proses penyelamatan yang hingga kini belum menunjukkan hasil signifikan.

Di tengah situasi penuh emosi tersebut, mantan Menteri Sosial Tri Rismaharini hadir langsung di lokasi, Kamis (2/10/2025). Risma datang sebagai Ketua Bidang Penanggulangan Bencana DPP PDI Perjuangan.

Ia terlihat mengenakan kemeja cokelat muda dengan helm merah. Ia berusaha berdialog dengan para wali santri yang gelisah dan kecewa.

"Semua pihak di lapangan sudah berusaha semaksimal mungkin. Kami mengerti rasa sakit dan cemas para orang tua, tapi keselamatan tim juga harus dijaga," kata dia di depan para orangtua. 

Risma pun sempat berdebat dengan orang tua santri yang mendesak tim SAR mempercepat proses evakuasi.  "Itu lho pak, tolong pak, ini kita harus ambil keputusan bersama. Enggak bisa orang per orang karena di dalamnya juga ada petugas, petugas itu ada di bawah pak," lanjutnya.

Risma menegaskan bahwa petugas berusaha masuk ke dalam reruntuhan bangunan dengan cara membuat terowongan. "Mereka buat terowongan itu masuk ke dalam," jelas Risma.

Namun, penjelasan Risma justru dibantah orang tua santri. "Pak, pak, enggak bisa," kata Risma.

Orang tua santri tersebut bersikukuh seharusnya petugas melakukan evakuasi korban dari bagian atas reruntuhan. "Kalau dari atas bisa bu," ujarnya.

Menurut Risma, cara tersebut sudah coba dilakukan petugas, namun tidak berhasil. "Pak, pak, mereka (petugas) sekolah semua. Itu kemarin sudah dicoba, begitu diambil satu, langsung 'trek'," kata Risma.

Sayangnya, penjelasan Risma tak bisa diterima orang tua santri. "Ndak, saya, teman saya yang nganu itu bu," katanya ke Risma.

"Habis yang hidup," kata Risma.

Risma bahkan sempat putus asa menghadapi argumen orang tua santri yang mendesak petugas mempercepat proses evakuasi.

"Ada ahlinya," timpal petugas lain.

Risma meyakinkan mereka bahwa korban yang terjebak di dalam mendapat asupan air dan makan dari dokter. "Ndak pak, dokter itu, dalam itu masih ngomong pak. (Ada) dokter pak, ngasih makan, ngasih minum dari luar," kata Risma.

Sebagai lulusan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, ia turut berdiskusi dengan jajaran Basarnas dan tim teknis di lokasi mengenai strategi percepatan evakuasi. Pengalaman dan pengetahuannya di bidang konstruksi ia gunakan untuk mencari alternatif cara menembus reruntuhan musala pesantren yang rapuh tanpa menimbulkan amblesan baru.

"Kita sama-sama ingin yang terbaik. Kalau bisa selamat, kita upayakan secepatnya. Kalau memang tidak, kita ingin mereka bisa ditemukan dan dimakamkan dengan layak," ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Kehadiran Risma memberi sedikit ketenangan di tengah kepanikan keluarga santri. Namun, hingga evakuasi benar-benar membuahkan hasil, suasana duka dan penantian panjang masih menyelimuti halaman Ponpes Al Khoziny.

Para orang tua tetap setia menunggu, menggantungkan harapan terakhir agar buah hati mereka bisa segera ditemukan dari balik reruntuhan. Hingga Rabu sore, bau menyengat dari puing-puing kian terasa, memperkuat dugaan adanya korban yang masih tertimbun.

Hal ini membuat orang tua semakin mendesak agar langkah evakuasi dilakukan lebih cepat. Meski demikian, Tim SAR tetap berhati-hati melakukan proses evakuasi. Lantaran struktur bangunan dikhawatirkan bisa kembali roboh jika diguncang peralatan berat.

Korban Tewas 9 Orang

Korban meninggal dunia dalam peristiwa robohnya bangunan di kompleks Pondok Pesantren Al Khoziny Sidoarjo terus bertambah. Saat ini terhitung sudah ada sembilan orang korban meninggal dunia. Korban terakhir dievakuasi sekira pukul 11.34 WIB di lokasi yang berdekatan dengan tiga korban sebelumnya.

"Iya, tambah satu lagi yang berhasil dievakuasi," kata Kepala Basarnas Surabaya, Nanang Avianto, Jumat (3/10/2025) siang. 

Setelah dievakuasi, korban langsung dibawa ambulan menuju ke RS Bhayangkara Surabaya. Dengan tambahan satu korban ini, total sudah ada sembilan korban meninggal dalam peristiwa bangunan roboh tersebut. 

Korban sebelumnya ditemukan dalam keadaan meninggal dunia sekitar pukul 10.17 WIB. Lokasinya di sebelah timur atau area A2 lokasi runtuhnya bangunan pesantren tersebut. 

Penemuan itu tak lama berselang dari dua korban sebelumnya yang juga dievakuasi dari Sektor A2. Korban pertama dievakuasi pukul 07.30 WIB, dan korban kedua pada pukul 07.36 WIB. 

Proses evakuasi masih terus berlangsung, dan pembersihan puing tetap difokuskan ke sisi utara pada bagian yang tidak terintegrasi dengan struktur utama. Diduga, masih ada lebih dari 50 orang korban yang masih tertimbun di bawah reruntuhan.

Berita selanjutnya 50 Orang Masih Terjebak di Reruntuhan Ponpes Al Khoziny, Korban Tewas Terus Bertambah

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved