Berita Terkini Nasional

Korban Tewas Runtuhnya Gedung Musala Ponpes Al-Khoziny Jadi 36 Orang, Bisa Bertambah

Jumlah korban tewas tersebut memungkinkan bertambah karena masih ada 27 orang yang dicari.

Istimewa/TribunJatim.com
PONPES RUNTUH - Bangunan tiga lantai di Pondok Pesantren Al Khoziny yang terletak di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, ambruk, Senin (29/9/2025) sore. Sebanyak 36 orang tewas dalam insiden tersebut dan memungkinkan bertambah. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Jawa Timur - Jumlah korban tewas dalam tragedi runtuhnya gedung Musala Pondok Pesantren ( Ponpes) Al-Khoziny menjadi 36 orang.

Jumlah korban tewas tersebut memungkinkan bertambah karena masih ada 27 orang yang dicari.

Sebab, data sementara total korban yang terdata atas peristiwa runtuhnya gedung itu sebanyak 167 orang.

Dari jumlah itu baru sebanyak 140 orang yang ditemukan. Rincinya 104 selamat dan 36 orang dilaporkan meninggal dunia.

Masih ada 27 orang lagi yang belum diketahui keberadaannya sehingga masih dicari.

Total 36 korban meninggal itu termasuk dengan 11 jenazah yang baru ditemukan pada Minggu (5/10/2025) dalam pencarian dari pukul 00.36 WIB hingga 06.30 WIB.

Informasi itu disampaikan Abdul Muhari, Ph.D, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB.

“Tim pencarian dan pertolongan (Search and Rescue - SAR) gabungan terus melanjutkan upaya pencarian dan evakuasi korban terdampak insiden ambruknya gedung musala Pondok Pesantren Al-Khoziny,” kata dia dalam keterangannya pada Minggu (5/10/2025) dikutip dari Tribunnews.com.

Upaya pencarian dan identifikasi terhadap korban ambruknya gedung Musala Pondok Pesantren Al-Khoziny di Sidoarjo dilakukan secara intensif dan terkoordinasi oleh tim SAR gabungan, melibatkan Basarnas, TNI, Polri, BPBD, serta tim medis dari berbagai rumah sakit.

Tim SAR memusatkan pencarian di sektor A3 dan A4, lokasi dengan konsentrasi korban tertinggi.

Pembersihan puing dilakukan hati-hati karena struktur bangunan tidak stabil dan berisiko runtuh kembali.

Evakuasi dilakukan dengan kombinasi alat berat dan manual, terutama di area sempit dan tertutup. Proses berlangsung hingga malam hari, dengan pencahayaan tambahan untuk mendukung keselamatan petugas.

Basarnas memimpin operasi, didukung TNI dan Polri untuk pengamanan serta BPBD untuk logistik dan teknis lapangan.

Semua jenazah dan bagian tubuh korban dibawa ke RS Bhayangkara untuk proses identifikasi oleh Tim DVI (Disaster Victim Identification).

Upaya identifikasi dilakukan menggunakan data ante-mortem seperti rekam medis, gigi, properti pribadi, dan DNA jika diperlukan. Proses ini penting untuk memastikan keabsahan identitas korban dan hak-hak keluarga.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved