Berita Terkini Nasional

Kaki Kanannya Diamputasi, Syaiful Tetap Ingin Kembali ke Ponpes Al Khoziny

Korban selamat ambruknya musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Syaiful Rossy Abdillah, mengaku siap kembali mondok saat sudah sembuh.

Editor: Kiki Novilia
Istimewa
SANTRI DIAMPUTASI - Ilustrasi santri Ponpes Al Khoziny yang diamputasi. Syaiful Rossy Abdillah mengaku siap kembali mondok setelah menjalani amputasi kaki kanan. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Sidoarjo - Korban selamat ambruknya musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Syaiful Rossy Abdillah (14), mengaku siap kembali mondok saat sudah sembuh. Ia ingin kembali meski kakinya baru saja diamputasi.

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tradisional yang sudah ada sejak lama di Indonesia. Pondok pesantren berfungsi tidak hanya sebagai tempat untuk menuntut ilmu agama, tetapi juga sebagai tempat pembinaan akhlak, kedisiplinan, dan kehidupan bermasyarakat. 

Adapun musala tiga lantai di area Pondok Pesantren Al-Khoziny runtuh pada 29 September 2025. Insiden ini terjadi ketika para santri sedang melakukan salat Asar berjamaah.

Syaiful saat ini masih menjalani perawatan di RSUD Notopuro Sidoarjo. Bagian kaki kanannya terpaksa diamputasi karena terjepit balok. 

Meski begitu, ia tetap ingin kembali ke pondok, dengan kondisi barunya itu. Ia bercerita, saat bangunan roboh, dia sedang ikut salat asar berjamaah di lantai dasar bangunan.

Tepat pada rakaat pertama, disebutnya sudah mulai ada tanda-tanda. Suara retakan dan beberapa kayu terjatuh. Barulah di rakaat kedua, bangunan mulai runtuh.

“Kemudian rakaat kedua, mulai runtuh. Teman-teman lari, saya juga ikutan. Tapi keburu terjebak (di bawah reruntuhan),” kata dia, dikutip dari Tribunjatim, Selasa (7/10/2025).

Pada saat awal, dia dan beberapa temannya sempat berulang kali teriak minta tolong. Tak lama kemudian, mereka berhasil berkomunikasi dengan petugas yang hendak menolongnya.  

Tiga hari berada di bawah reruntuhan, Syaiful terus berkomunikasi. Dia mendapat suplai oksigen dan makanan dari petugas SAR gabungan yang berupaya menolongnya. “Saya juga sempat akan ditarik. Tapi kaki saya terjepit, sehingga menunggu dibongkar baru bisa keluar,” lanjutnya. 

Sesampainya di rumah sakit, Rossy menjalani perawatan dan akhirnya diputuskan kaki kanannya harus diamputasi. Karena kondisinya sudah seperti itu, keluarga pun menyetujuinya.

Keluarga Ikhlas

Idrus, ayah dari Syaiful mengaku sangat bersyukur anaknya bisa selamat dalam musibah robohnya gedung tersebut. Sebab, ia sudah mengira anaknya telah tiada. 

“Saat tahu kondisi (bangunan roboh) seperti itu, saya sudah pasrah. Saya kira anak saya sudah tidak ada (meninggal). Saya sudah ikhlas atas musibah ini,” kata Idrus di sela mendampingi putranya di rumah sakit milik Pemkab Sidoarjo tersebut.  

Meski anaknya harus kehilangan kaki kanannya, Idrus juga mengaku sudah iklas dengan semuanya. Bahkan dia bersyukur kondisi anaknya sekarang sudah membaik. 

“Sesekali mengeluh sakit seperti nyeri di kakinya itu. Tapi yang setiap hari dikatakannya, dia pengen dibelikan kaki baru. Mungkin minder dengan kondisi kakinya jika harus bertemu dengan teman-temannya lagi,” lanjut Idrus. 

Kendati anaknya menjadi korban, Idrus menegaskan tidak akan menuntut pihak pondok pesantren. Dia menilai peristiwa tersebut merupakan ujian dan bagian dari takdir. “Saya yakin (semua ini takdir) seperti itu, jadi saya ikhlas. Kami tidak akan menuntut atau sebagainya,” tegasnya.

Berita selanjutnya Tragedi Ambruknya Ponpes Al Khoziny: 64 Orang Meninggal, 104 Lainnya Selamat

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved