Tak Mampu Sewa Ambulans, Pria Asal Bengkulu Ini Pangku Jenazah Bayinya Selama 5 Jam di Bus
Dengan cara begitu, ia bisa naik angkutan umum dan sang sopir angkutan umum pun tak akan mengetahui benda yang sedang dia bawa.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BENGKULU - Tak mampu menyewa ambulans untuk membawa jenazah bayinya, Aspin Ekwandi terpaksa menyembunyikan jenazah anaknya di dalam tas, pada awal April 2017 lalu.
Dengan cara begitu, ia bisa naik angkutan umum dan sang sopir angkutan umum pun tak akan mengetahui benda yang sedang dia bawa.
Kisah tragis itu menyentak kesadaran publik.
Aspin menyebutkan, selama lima jam, ia harus memangku tas pakaian yang berisi jenazah buah hatinya.
Hatinya terasa hancur, sedih tiada kira.
Air mata terasa tumpah.
Namun, ia harus menahan kepedihan agar pengemudi angkutan umum yang ia tumpangi, tak mengetahui bahwa tas yang ia pangku adalah sesosok jenazah bayi mungil.
"Saya ingin menangis, namun saya sadar jika tak mampu menahan, maka sopir akan tahu kalau dalam tas yang saya pangku adalah jenazah bayi. Saya tidak dapat menyewa ambulans karena harganya mahal," ungkap Aspin.
Kisah duka yang menjadi perhatian publik Bengkulu itu bermula saat istri Aspin, Sri Sulismi, mengandung anak keempatnya, yang divonis mengalami kelainan paru dan jantung, sehingga harus dilakukan operasi cesar.
Pada 5 April 2017, operasi cesar dilakukan di RSUD Kabupaten Kaur menggunakan sistem pembayaran BPJS Kesehatan.
Pada 6 April 2017, bayi harus dirujuk ke RSUD M Yunus di Kota Bengkulu, untuk mendapatkan perawatan intensif.
"Bayi kami sempat dirawat satu malam, masuk UGD kemudian dipindahkan ke ruang anak untuk penanganan bayi prematur, lalu tanggal 7 April, bayi kami meninggal dunia. Saat bayi dirujuk, istri saya tidak dibawa ke RSUD M Yunus karena harus mendapatkan perawatan di RSUD Kaur," cerita Aspin.
Saat hendak membawa jenazah bayi menuju kampung halamannya, Aspin bersama kerabat yang mendampinginya, menanyakan biaya sewa ambulans ke manajemen rumah sakit.
Pihak rumah sakit menjelaskan bahwa biaya sewa ambulan sebesar Rp 3,2 juta.
"Saya coba tawar, tapi tegas mereka katakan tidak bisa kurang," kenang Aspin.