Subhanallah, Impian Pedagang Ayam Ini Bangun Masjid (nan Mewah) Sejak SMP pun Terwujud

Pada saat azan pertama waktu salat Magrib pada 6 Mei 2018, Suciati hanya mampu melihat dari luar sembari melihat masjid yang ia cita-citakan.

KOMPAS.com/Wijaya Kusuma
Bangunan Masjid Suciati Saliman di Jalan Gito Gati, Grojogan, Pandowoharjo, Sleman, Yogyakarta. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, YOGYAKARTA - Ibu Hj Suciati Saliman Riyanto Raharjo kini sudah bisa bernapas lega. Usaha pemotongan ayam yang dirintisnya sejak tahun 1966 berkembang pesat dan kini sudah berskala nasional.

Tak hanya itu, impiannya sejak kecil yakni mendirikan masjid pun dapat terwujud. Apa yang diraih ibu berusia 66 tahun ini tidaklah semudah membalikan telapak tangan.

Ibu Hj Suciati Saliman Riyanto Raharjo bertutur, dia memulai usahanya dari nol. Menurut dia, jiwa berdagang didapatnya dari sang ibu yang berjualan di Pasar Terban, Yogyakarta.

Setiap pagi Suciati mengantarkan ibunya naik sepeda onthel dari rumahnya di Jalan Kaliurang Km 5 ke pasar Terban. Setelah mengantarkan ibunya, Suciati lantas berangkat ke sekolah di SMP Negeri 1 Yogyakarta.

"Setiap pagi jam 6 itu berangkat naik sepeda onthel memboncengkan ibu ke pasar. Bantu menata dagangan, lalu saya ganti baju di toilet pasar, terus berangkat sekolah," ujar Suciati, Senin (28/05/2018).

Sepulang sekolah, Suciati kembali ke pasar untuk membantu berjualan. Sekitar pukul 16.00 WIB dirinya baru pulang ke rumah setelah ibunya selesai berjualan.

Suatu saat, ibunya menyampaikan kepadanya kalau di Pasar Terban tidak ada yang berjualan ayam karkas. Ibunya lalu menawari untuk berjualan ayam karkas.

"Ditawari untuk mencoba jualan, waktu itu saya dimodali ibu itu Rp 175. Nah saya lihat ada orang bawa ayam, lalu waktu itu beli lima ekor, satu ekornya Rp 35," ucapnya.

Suciati Saliman Riyanto Raharjo saat berada di masjid yang dibangunnya hasil dari tabungan jualan ayam.
Suciati Saliman Riyanto Raharjo saat berada di masjid yang dibangunnya hasil dari tabungan jualan ayam. (KOMPAS.com/Wijaya Kusuma)

Berawal dari lima ekor ayam itulah, Suciati mulai berjualan ayam karkas di Pasar Terban Kota Yogyakarta. Meski berjualan, dirinya tidak pernah melupakan kewajibannya sekolah.

"Ayam itu saya tali di boncengan sepeda belakang. Berangkat, terus jualan di pasar. Habis tidak habis jam 7 berangkat sekolah. Ya sering terlambat masuk sekolah karena jualan," urainya.

Baca: Alhamdulillah, Tenaga Kontrak Pringsewu Dapat THR Rp 1 Juta

Sepulang sekolah, Suciati kembali melanjutkan berjualan ayam. Jika sampai sore belum habis, dia akan berkeliling dengan sepeda menjajakan dagangannya. Sebab saat itu dia tidak memiliki lemari pendingin sebagai tempat untuk menyimpan ayam.

"Saya naik sepeda keliling Bulaksumur UGM titip ke dosen-dosen. Terus keliling ke perumahan-perumahan di dekat situ. Ya soalnya zaman itu freezer kan barang mewah, saya tidak punya," ungkapnya.

Meski harus sekolah sambil berjualan di pasar dan bahkan berkeliling dengan sepeda, Suciati tidak pernah mengeluh. Ia menjalani aktivitasnya dengan penuh semangat.

"Hasil dari jualan itu meski sedikit selalu saya tabung, untuk menambah beli ayam lagi. Sampai lulus SMP itu habis 15 ekor ayam kampung, lulus STM saya habis 70 ekor ayam kampung," urainya.

Pada tahun 1975 Suciati menikah dengan Saliman Riyanto Raharjo. Suaminya yang awalnya bekerja di Dinas Sosial memutuskan keluar dan fokus membantu berjualan.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved