Subhanallah, Impian Pedagang Ayam Ini Bangun Masjid (nan Mewah) Sejak SMP pun Terwujud

Pada saat azan pertama waktu salat Magrib pada 6 Mei 2018, Suciati hanya mampu melihat dari luar sembari melihat masjid yang ia cita-citakan.

KOMPAS.com/Wijaya Kusuma
Bangunan Masjid Suciati Saliman di Jalan Gito Gati, Grojogan, Pandowoharjo, Sleman, Yogyakarta. 

"Suami saya yang mengajari bikin kartu nama, terus iklan di koran, isinya menyediakan daging ayam partai kecil, partai besar, diskon 5 persen diantar ke rumah," ungkapnya.

Kemudian, jualan Suciati pun bertambah. Tidak hanya daging ayam, Suciati juga berjualan ikan laut dan telur. Dengan bertambahnya usaha, dia harus sering lembur untuk berjualan.  

"Saya sampai jarang tidur, jualan ikan laut dan telur. Kalau malam, memecah es untuk mendinginkan ikan, daging ayam yang belum laku, karena tidak punya freezer," katanya.

Namun setelah beberapa waktu, Suciati memutuskan untuk fokus pada ayam karena melihat potensinya.

Baca: Hasil Uji Lab BBM Oplosan Keluar Besok

Hingga seiring berjalanya waktu, Suciati yang awalnya memulai usaha dari lima ekor ayam ini mulai membuka pemotongan ayam manual. Saat itu dirinya mulai membuka pemotongan ayam di rumahnya.

Interior Masjid Suciati Saliman yang mewah.
Interior Masjid Suciati Saliman yang mewah. (KOMPAS.com/Wijaya Kusuma)

"Dari manual, saya membuka usaha Rumah Pemotongan ayam (RPA) modern di Pandowoharjo, Sleman. Namanya RPA Saliman," ungkapnya.

Setelah sukses di Sleman, pada tahun 2009, Suciati mendirikan RPA Suci Raharjo di Jombang, Jawa Timur.

"Kalau sekarang dari dua RPA itu produksi perhari bisa sekitar 100 ton ayam," lanjutnya.  

Pada tahun 2014, Suciati mendirikan PT Sera Food Indonesia yang memproduksi makanan beku seperti naget, sosis, dan patties.

Suciati juga bekerja sama dengan perusahaan restoran waralaba ayam goreng skala internasional.

"Ya sekarang produk ayam maupun makanan beku sudah didistribusikan ke seluruh Indonesia," lanjutnya.

Urip iku urup

Perjalanan usaha Suciati tidak selalu mulus. Ibu dua orang anak ini pernah tertipu hingga ratusan juta rupiah.

Namun Suciati memutuskan untuk mengiklaskan dan tidak melaporkan ke polisi.

Baca: Kronologi Longsornya Jalinsum Km 76 Bakauheni

"Saya iklaskan, karena sudah ikhlas ya tidak lapor ke polisi. Mungkin orang itu lebih membutuhkan, ya zakad untuk orang itu," ujarnya.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved