Omset Usaha Gula Merah di Pringsewu Menurun
Omset pengusaha gula merah di Kabupaten Pringsewu mengalami penurunan drastis.
Penulis: Robertus Didik Budiawan Cahyono | Editor: Reny Fitriani
Laporan Reporter Tribun Lampung R Didik Budiawan C
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, PRINGSEWU - Omset pengusaha gula merah di Kabupaten Pringsewu mengalami penurunan drastis. Penurunan tersebut terhitung mencapai 50 persen. Kondisi ini diyakini akibat cuaca. Kemarau yang mengakibatkan panas terik berdampak pada menurunnya produksi air nira.
Sebagaimana yang diungkap oleh Tugimin (36), warga Pekon Mataram, Kecamatan Gadingrejo yang sudah delapan tahun mengusahakan nira. Menurut dia, ketika tidak musim kemarau satu batang pohon menghasilkan kurang lebih lima liter air nira. Namun saat musim kemarau menurun sampai 50 persen.
Baca: Jawaban Via Vallen Usai Dikritik karena Lipsync di Opening Ceremony Asian Games 2018
Setiap harinya, Tugimin mengaku menyadap 45 batang pohon kelapa. Setiap harinya Tugimin menghasilkan 200 liter air nira pada saat musim rendeng. Tapi di kala kemarau seperti saat ini hanya 100 liter nira.
Baca: Dewi Perssik Berantem Sama Suami Gara-gara Nonton Laga Timnas Indonesia
"Setiap lima liter nira menghasilkan 1 kg gula merah dengan harga Rp. 10.000 per kilo gram," katanya.
Atas berkurangnya produksi nira, sehingga berdampak produksi gula. Kendati begitu, Tugimin mengaku tetap bertahan dan menekuni usaha gula tersebut. Ayah dua anak ini mengaku bersyukur dan mengaku akan terus menekuni aktivitasnya sebagi tukang gula.
Meskipun banyak orang yang menyarankan supaya beralih produksi dari gula menjadi tuak. Pertimbangannya lebih praktis dan lebih mahal.