TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAKARTA - Kementerian Agama RI menggelar sidang isbat kantor Kementerian Agama di Jakarta, Sabtu.
Hasilnya, pemerintah menetapkan 1 Dzulhijah 1439 Hijriah jatuh pada Senin, 13 Agustus 2018.
Dengan demikian, 10 Dzulhijjah atau Hari Raya Idul Adha jatuh pada Rabu, 22 Agustus mendatang.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama, Muhammadiyah Amin selaku pimpinan sidang mengatakan, laporan dari 92 titik pengamatan hilal di seluruh Indonesia bahwa hilal masih di bawah ufuk atau minus satu derajat 43 menit.
Baca: Dewi Perssik Berantem Sama Suami Gara-gara Nonton Laga Timnas Indonesia
"Dari pelaku rukyatul hilal di 33 provinsi minus NTB, dilaporkan sampai dengan sidang isbat ini berlangsung dari 29 titik tidak satupun menyaksikan hilal," kata Amin.
Maka diputuskan berdasarkan sidang isbat bulan Dzulkaidah 1439 Hijriah disempurnakan dengan cara istikmal atau digenapkan menjadi 30 hari maka Sabtu (11/8/2018) malam merupakan tanggal 30 Dzulkaidah.
"Dengan demikian 1 Dzulhijjah 1439 H jatuh pada Senin 13 Agustus dan 10 Dzulhijjah atau Hari Raya Idul Adha jatuh pada hari Rabu, 22 Agustus 2018," kata dia.
Turut hadir dalam sidang isbat, Duta Besar dan perwakilan negara-negara sahabat, Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama, perwakilan Majelis Ulama Indonesia (MUI), serta perwakilan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Hadir pula perwakilan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) serta seluruh ormas Islam.
Baca: Prediksi Susunan Pemain Timnas U-23 Indonesia vs Hongkong, Ada yang Dirotasi?
Amalan Dzulhijjah
Dilansir nu.or.id, Dzulhijjah termasuk bulan yang di dalamnya terdapat banyak keutamaan.
Dzulhijjah disebut banyak keutamaan karena ada banyak amalan yang disunnahkan pada bulan tersebut.
Di antara amalan yang dianjurkan pada bulan itu adalah ibadah haji bagi yang mampu melakukannya; shalat idul adha dan ibadah kurban bagi yang mampu.
Tidak hanya itu, pada sepuluh awal Dzulhijah juga dianjurkan memperbanyak ibadah sunnah semisal puasa dan zikir.
Hal ini sebagaimana dijelaskan Imam An-Nawawi dalam Al-Adzkar. Imam An-Nawawi menjelaskan:
واعلم أنه يستحب إكثار من الأذكار في هذا العشر زيادة على غيره ويستحب من ذلك في يوم عرفة أكثر من باقى العشر
Artinya, “Ketahuilah bahwa disunnahkan memperbanyak zikir pada sepuluh awal Dzulhijjah dibanding hari lainnya. Dan di antara sepuluh awal itu memperbanyak zikir pada hari Arafah sangat disunnahkan.”
Dalil anjuran memperbanyak zikir di sepuluh awal Dzulhijjah ini adalah:
وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ
Artinya, “Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan…..” (Surat Al-An’am ayat ayat 28).
Sebagaimana dikutip Imam An-Nawawi, Ibnu Abbas, As-Syafi’i, dan jumhur ulama memahami bahwa kata ayyamam ma’lumat di sini adalah sepuluh pertama Dzulhijjah.
Selain itu, dalam hadits riwayat Ahmad disebutkan:
مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ وَلَا أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعَمَلُ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنْ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدِ
Artinya, “Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan amal saleh di dalamnya lebih dicintai oleh-Nya daripada hari yang sepuluh (sepuluh hari pertama dari Dzulhijjah), karenanya perbanyaklah tahlil, takbir, dan tahmid di dalamnya,” (HR Ahmad).
Berdasarkan penjelasan di atas, dianjurkan memperbanyak zikir pada sepuluh pertama Dzulhijjah.
Memperbanyak zikir lebih diutamakan lagi pada hari Arafah, yaitu tanggal sembilan Dzulhijah, apalagi bagi jamaah haji.
Di antara zikir yang diperbanyak adalah melafalkan tahlil, takbir, dan tahmid. Wallahu a’lam.