Tribun Lampung Selatan

Nelayan dan Pengunjung yang Dekati Kawasan GAK Diimbau Waspada

Andi Suardi mengimbau bagi nelayan dan pengunjung yang mendekati kawasan gunung api di selat Sunda tetap waspada meski berada pada zona aman.

Penulis: Dedi Sutomo | Editor: Reny Fitriani
Dok. Umar penggiat wisata di Pulau Sebesi
Aktivitas vulkani GAK 

Laporan Wartawan Tribun Lampung Dedi Sutomo

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, LAMSEL - Kepala Pos Pantau Gunung Anak Krakatau (GAK) di desa Hargo Pancuran kecamatan Rajabasa Lampung Selatan, Andi Suardi mengimbau bagi para nelayan dan pengunjung yang mendekati kawasan gunung api di selat Sunda tersebut tetap waspada meski berada pada zona aman.

"Memang untuk sekitar pulau Sertung dan Panjang masih masuk zona aman karena berjarak lebih dari 2 kilometer yang menjadi zona terlarang. Karena jaraknya dengan GAK lebih dari 2 kilometer," terang kepada tribun, minggu (7/10).

Baca: Meletus 407 Kali hingga Semburkan Lava Pijar, Gunung Anak Krakatau Ramai Dikunjungi Turis

Karena peningkatan aktivitas bisa saja sewaktu-waktu berubah. Selain itu, lanjutnya, perubahan arah angin dan kecepatan angin juga bisa menerbangkan matrial vulkanik GAK hingga radius lebih dari 2 kilometer.

"Tetap ada potensi debu dan matrial gak yang dibawa angin tersebut mengarah pulau Sertung dan juga pulau Panjang. Karenanya sangat perlu memperhatikan arah angin ini," kata Andi.

Baca: Bocah-bocah Pengungsi Korban Gempa dan Tsunami Palu Menangis Meminta Nasi di Perjalanan

Lebih lanjut Andi mengatakan peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) terus mengalami pasang surut. Aktivitas vulkanik pada gunung api yang berada di selat Sunda itu terus terpantau menggeliat.

Pada Sabtu hingga minggu dini hari kemarin, jumlah gempa letusan GAK dari data Magma VAR tercatat terjadi 407 kali letusan dengan amplitudo 30-50 mm dan durasi 34 - 300 detik.

Dari data magma VAR yang dikeluarkan oleh PVMBG Kementerian ESDM juga terpantau adanya gempa tremor harmonik sebanyak 14 kali dengan amplitudo 10 - 41 mm dan durasi 30- 123 detik.

“Juga gempa tremor menerus (mikro tremor) dengan amplitudo 10-30 mm. Tetapi dominan 20 mm,” kata Andi kepada tribun.

Secara visual, ujar Andi, GAK tidak bisa diamati karena tertutup kabut. Karenanya ketinggian debu dari kawah tidak teramati. Sedangkan pada malam hari dari CCTV teramati adanya sinar api pada kawah dan terdengar suara dentuman yang dirasakan getarannya hingga pos PGA.

“Untuk status hingga kini GAK masih pada level II Waspada. Dimana para nelayan dan pengunjung dilarang mendekati dalam radius jarak 2 kilometer,” terang dirinya.(dedi/tribunlampung)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved