Tribun Bandar Lampung
1,5 Bulan Warga Tidak Berjualan di Jalan Ryacudu Akibat Debu Tebal, Pemprov Imbau Sabar
Sejumlah warga di sepanjang Jalan Ryacudu, Korpri, Sukarame, Bandar Lampung, sudah satu setengah bulan setop berjualan.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Sejumlah warga di sepanjang Jalan Ryacudu, Korpri, Sukarame, Bandar Lampung, sudah satu setengah bulan setop berjualan.
Penyebabnya tak lain karena kondisi jalan masih rusak. Debu tebal bertebaran sehari-hari hingga membuat warung sepi pembeli.
Suharti, perempuan yang sehari-hari berjualan makanan di tepi Jalan Ryacudu, mengeluhkan kondisi Jalan Ryacudu yang tak kunjung mendapat perbaikan.
"Sudah satu setengah bulan kondisinya kayak gini. Makan debu. Saya nggak bisa jualan lagi karena debu bertebaran. Orang malas mampir ke warung saya," katanya, Kamis (4/7/2019).
Akibat setop berjualan, Suharti tidak mendapatkan penghasilan untuk kehidupan sehari-hari.
"Kebutuhan sehari-hari sekarang mengandalkan pendapatan dari menantu yang kerja di mebel. Kalau tetap jualan kan lumayan, sehari minimal Rp 300 ribu," ujarnya.
"Mau nangis rasanya tiap hari. Buka warung, debu semua. Tidur juga campur debu. Ini sudah mulai batuk-batuk."
Iswadi, warga lain yang berjualan nasi uduk, mengeluhkan hal serupa. Ia juga menutup warungnya lantaran terganggu debu.
"Sementara tutup dulu karena debunya ganggu banget. Nggak mungkin buka. Pembeli juga nggak mau mampir," katanya.
• Jalan Ryacudu Tak Kunjung Diperbaiki, Warga Ancam Gugat Pemerintah
Ketua RT 10 Lingkungan II Kelurahan Korpri Raya, Sukarame, Edi, menjelaskan kondisi Jalan Ryacudu berdebu sudah sekitar dua bulan setelah perbaikan sebelumnya.
"Ya justru karena perbaikan itu, dampaknya debu. Pernah pemerintah siram sekali dua kali pakai damkar (mobil pemadam kebakaran), tapi sampai sekarang nggak ada tindak lanjut lagi," tuturnya, Kamis.
Dampak dari kondisi itu, beber Edi, beberapa warga menutup warungnya.
Sejumlah warga, menurut dia, juga mulai terkena penyakit pernapasan.
"Biasanya nggak pakai masker, sekarang harus pakai masker. Mau nggak mau," katanya.
Menurut Edi, debu terasa pekat pada siang hari. Bahkan, ungkap dia, jalan tidak terlihat dari poskonya dengan jarak sekitar 50 meter.