Tangan Suryati Sulap Tiwul Menjadi Lezat dan Gurih

Orang mungkin hanya mengenal tiwul sebagai makanan tradisional yang ndeso dan apa adanya.

Editor: soni
Tangan Suryati Sulap Tiwul Menjadi Lezat dan Gurih - endra.jpg
Tangan Suryati Sulap Tiwul Menjadi Lezat dan Gurih - endra2.jpg
Tangan Suryati Sulap Tiwul Menjadi Lezat dan Gurih - endra1.jpg
Tangan Suryati Sulap Tiwul Menjadi Lezat dan Gurih - endra21.jpg

Di provinsi Lampung khususnya di Tulangbawang saat ini tak banyak orang yang mau berinovasi untuk berbisnis kuliner tradisional ala nasi tiwul. Orang mungkin hanya mengenal tiwul sebagai makanan tradisional yang ndeso dan apa adanya.

Namun makanan ndeso itu kini bisa disulap menjadi sajian istimewa dan terkesan mewah. Kesan ndeso yang melekat pada nasi tiwul mungkin lambat laun akan hilang dengan sendirinya seiring mulai merambahnya penganan masyarakat kelas menengah ke bawah itu di restauran ataupun pondok santap lesehan ala modern.

Suryati (30) misalnya. Warga Tunggal Warga Kecamatan Banjar Agung ini mungkin satu dari sekian banyak orang yang mau berbisnis kuliner tradisional nasi tiwul. Dengan modal yang tidak begitu besar, dia mulai mencoba untuk membuka usaha pondok santab lesehan yang menyajikan kuliner tradisional tiwul.

Melalui sentuhan tangan Suryati, rasa tiwul yang tadinya terasa kasar di lidah kini bisa diubah dengan penganan yang bisa dikatakan unik dan gurih. Nasi tiwul yang disajikan Suryati tentu saja berbeda dari tiwul dari daerah asalnya jawa tengah. Ingin mencicipi tiwul dengan rasa berbeda?

Datang saja ke Pondok Santab Prasmanan Tiwul yang terletak di bilangan Unit II Kecamatan Banjar Agung. Suryati mulai menggeluti usaha kuliner tradisional itu sejak akhir 2009 yang lalu. "Awalnya ingin coba-coba, karena tiwul ini merupakan makanan khas suku jawa. Saya ingin menyajikan cita rasa yang unik. Ternyata setelah saya buka usaha ini pemintanya cukup banyak," ungkap Suryati, yang ditemui Tribunlampung, Rabu (2/11) siang.

Sebenarnya Suryati juga menyediakan menu seperti tempat makan yang lain yaitu nasi dan ayam bakar atau ayam goreng. Karena ingin berbeda, Suryati laku ngubek ide untuk menjadikan tiwul sebagai maskot. Bahkan, guna menambahk selera pembeli, Suryati pun menawarkan beberapa sayur dan lauk pauk untuk menyantap tiwul buatannya.

"Saya memang ingin lebih menonjolkan menu tradisional nasi tiwul. Bagi sebagian orang nasi tiwul ini mungkin identik dengan kemiskinan, tapi dengan sajian yang saya tawarkan mudah-mudahan anggapan itu bisa berubah. Para pembeli bisa memilih lauk maupun sayur sesuai selera, seperti sayur santan ikan gabus, sayur santab ayam, dan lainnya sesuai selera," jelas Suryati.

Setelah berjalan selama dua tahun menggeluti usahanya itu, Suryati mengaku peminat tiwul yang datang di lesehannya itu dari hari ke hari kian banyak. Tidak hanya kalangan menengah kebawah, namun diantara pembeli yang suka datang ke pondok lesehan pramsanan miliknya itu juga ada juga dari kalangan pejabat. (endra)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved