Sani Ingin Menjadi Pedagang Loak yang Sukses
HAMPIR di setiap provinsi ada pasar loak
Ahmad Sani, salah satu pedagang yang cukup lama di pasar ini menuturkan, pasar loak ini semula berada di Jalan Pramuka, Kecamatan Rajabasa. Pasar tersebut hadir di sana sekitar tahun 1990-an. Waktu itu, ada 30 kios yang disewakan. Dan ke-30 kios tersebut dimanfaatkan penyewanya untuk berdagang barang loakan.
Produk yang didagangkan, katanya, sparepart kendaraan, baik mobil, motor hingga onderdil untuk sepeda, gerobak dan lainnya. Penjualan saat itu relatif sepi, karena perdagangan berpusat di Tanjungkarang Pusat. Karena itu pula, pada tahun 1997, pedagang berangsur-angsur pindah ke Jalan Pemuda. Mereka menyewa kios-kios yang ada di jalan tersebut. Termasuk Sani sendiri.
Penjualan barang-barang bekas di daerah ini pun meningkat cukup pesat. "Banyak pembeli berdatangan, mencari sparepart," cerita Sani. Bahkan di kiosnya, saat itu sempat kebanjiran pembeli. "Pemilik mobil banyak yang beli sparepart di sini saat itu," tuturnya.
Namun seiring waktu dan persaingan yang ketat, pembeli di pasar loak pun semakin berkurang. Menurutnya hal tersebut disebabkan banyaknya produk sparepart imitasi yang dijual di pasaran dengan harga yang murah. "Saat ini banyak produk sparepart imitasi dan harganya murah. Nah, masyarakat saat ini banyak yang membeli itu. Kalau pasar loak ini kan menjual produk asli namun, namun bekas," cerita Sani.
Pria yang sudah 11 tahun berdagang di pasar loak ini mengatakan, saat ini pendapatan yang diperolehnya tidak menentu. Dalam sehari, kata dia, kadang dapat Rp 50 ribu, kadang tidak sama sekali. Namun kondisi itu tidak membuatnya surut.
"Saya tetap ingin berdagang ini. Saya ingin menjadi pedagang yang sukses," kata pria yang pernah mengenyam pendidikan hingga S1 ini. Sani sendiri bercita-cita dapat membuat koperasi untuk pedagang-pedagang loakan. "Namun apadaya hal tersebut belum juga terwujud. Kami berharap ada kucuran dana dari pemerintah untuk membantu para pemilik kios loak," harap dia.(bayu saputra)