Kehadiran RSG Rubini Atmawidjaja Buat Pengobatan Gajah 90 Persen Lebih Efektif
Setelah menjadi taman nasional tertua dan Pusat Latihan Gajah (PLG) pertama di Indonesia, Way Kambas kembali mengukir sejarah. Rumah Sakit Gajah (RSG)
Penulis: Indra Simanjuntak | Editor: Ridwan Hardiansyah
Laporan Reporter Tribun Lampung Indra Simanjuntak
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, WAY KAMBAS - Setelah menjadi taman nasional tertua dan Pusat Latihan Gajah (PLG) pertama di Indonesia, Way Kambas kembali mengukir sejarah. Rumah Sakit Gajah (RSG) untuk kali pertamanya resmi berdiri di Lampung Timur (Lamtim).
Way Kambas yang didirikan Pemerintah Belanda pada 1937, kini berganti nama menjadi Taman Nasional Way Kambas (TNWK). Dengan luasan 125.621,3 hektare, TNWK diyakini menjadi salah satu tempat konservasi yang bersahabat bagi spesies Gajah Sumatera.
Atas dasar itulah, sejak tiga tahun lalu, pemerintah mencanangkan pendirian RSG Rubini Atmawidjaja di TNWK. Dengan harapan, konservasi gajah dari segi kesehatan semakin lebih baik. Berkat kerja sama antara Kementerian Kehutanan (Kemenhut), Taman Safari Indonesia (TSI), dan Australia Zoo, RSG akhirnya berdiri, Kamis, 5 November 2015.
"Jauh. Jauh lebih baik. Kalau dengan fasilitas dulu, treatment mungkin efektifnya 25 persen. Tapi dengan adanya rumah sakit ini, bisa 90 persen," tutur dokter hewan RSG Rubini Atmawidjaja, Dedi Chandra.
Adanya fasilitas rawat inap yang bisa menampung hingga delapan gajah, yang dilengkapi dengan laboratorium dan USG berstandar internasional, diakui bisa menambah kepercayaan tim kesehatan TNWK untuk berbuat maksimal.
"Bisa memeriksa, merawat, atau sekadar mengecek. Itu yang penting sebenarnya. Karena, dokter hewan bukan dukun. Sehingga untuk mendiagnosis dan memberi obat, kami butuh analisis yang tepat," papar pria 41 tahun itu.
Sebelum memiliki rumah sakit, Dedi menuturkan, untuk mengecek darah dan lain-lain, tim harus mengirim dahulu sampel ke RSUD Metro. Hal itu berdampak pada rentang waktu perawatan gajah sakit yang semakin lama. Kini dengan memasukkan darah ke laboratorium, hanya beberapa detik hasil sudah bisa diketahui.
"Kami tidak lagi menunggu berjam-jam. Itu salah satu manfaatnya. Dan yang perlu dicatat, rumah sakit ini sebenarnya bukan hanya untuk gajah. Tapi, semua satwa liar yang ada di Way Kambas yang butuh pertolongan, termasuk Badak di SRS," tukas pria berkaca mata tersebut.
RSG pertama di Indonesia dan kedua di Asia itu terdiri atas ruangan berukuran ukuran 42x24 meter persegi, rumah mahout (pawang gajah) sebesar 28x13 meter persegi, sumur bor dengan kedalaman 120-150 meter untuk kepentingan air bersih, tempat minum gajah, tambat gajah, dan dua dokter hewan serta empat paramedis.
Data Wildlife Conservation Society (WCS) Indonesia yang menggunakan metode statistik mark-recapture menyebutkan, jumlah gajah liar di TNWK sebanyak 247 pada 2010, dengan rentang estimasi 220-278 dan kepadatan 0,23 gajah per kilometer persegi.
Sementara, jumlah gajah jinak di PLG berkisar 60-an ekor. Namun, beberapa waktu lalu virus elephant endoteliotropic herves (EEH) menyerang Way Kambas dan mematikan empat anak gajah jinak.
Dengan adanya RSG Rubini Atmawidjaja, semua pihak tentu berharap upaya konservasi maupun penambahan populasi gajah liar dan jinak, bisa membuahkan hasil positif di masa mendatang. Sehingga, keberadaan hewan bernama latin Elephas Maximus Sumatranensis itu masih dapat dirasakan dan dilihat generasi penerus.