Optimalisasi Peran Bank BUMN Agar Lebih Berdaya Saing
Sementara bank yang kuat akan menjadi pemenang.
Penulis: Gustina Asmara | Editor: Gustina Asmara
Kepala Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) pernah mengatakan, efisiensi merupakan harga mati. Sebab, berdasarkan audit BPK, bank-bank BUMN belum efisien. Inefisiensi ini terlihat dari belanja modal bank. Kondisi ini menurut BPK tidak bisa dibiarkan. Mengingat kontribusi bank BUMN sangat signifikan bagi keuangan negara.
Pada tahun 2012 saja, bank-bank BUMN telah memberikan kontribusi deviden sebesar Rp 7,5 triliun. Indonesia sendiri memiliki empat bank BUMN. Yakni, Mandiri, BRI, BNI dan BTN. Karena itu, pembenahan di segala bidang oleh perbankan nasional harus dilakukan.
Menurut Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Haddad, terdapat dua jenis konsolidasi yang dapat dilakukan bank-bank BUMN. Yakni, konsolidasi secara institusi seperti merger atau akuisisi dan konsolidasi strategis.
Konsolidasi institusi atau merger menurutnya, cukup sulit dilakukan. Sebab, memerlukan waktu yang cukup lama untuk melakukan hal dan masing-masing bank BUMN telah berstatus perusahaan publik.
Karena itu, pilihan terdekat dan tercepat adalah konsolidasi strategis. Konsolidasi strategis ini berbentuk penyamaan persepsi dan kebijakan perusahaan, terkait wilayah dan jenis produk. Sehingga, ada pembagian tugas yang jelas diantara bank-bank BUMN. Dan untuk kegiatan yang tumpang tindih dapat dihindari, sehingga lebih efisien.
Selama ini, OJK melihat perbankan pelat merah berjalan sendiri-sendiri, terutama di daerah. Selain itu, perlu pengaturan secara terintgrasi, mengingat saat ini bank tidak hanya mengelola anak usaha lembaga keuangan perbankan, tapi juga anak usaha lembaga keuangan non bank seperti asuransi.
"Intinya konsolidasi perbankan itu penting. ini untuk mewujudkan industri keuangan yang lebih kompetitif, lebih berdaya tahan dan berdaya saing menghadapi MEA," ujar Muliaman.
Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin menilai, saat ini bukan waktu yang tepat untuk bicara konsolidasi institusi. Menurutnya, lebih baik perbankan pelat merah memperbaiki kinerja terlebih dahulu. "Kalau masa susah seperti ini, menurut saya beres-beres dulu masing-masing bank," ujarnya.
Hal senada diungkapkan pihak BNI. "Konsolidasi saya pro, tetapi bentuknya tidak harus merger ya," ujar Direktur Utama BNI Achmad Baiquni. Menurutnya, konsolidasi perbankan dapat dilakukan dengan menjalin kerjasama bisnis dalam hal pemasaran, infrastruktur maupun pelatihan.
"Misalnya, pembiayaan-pembiayaan sindikasi, sharing infrastruktur seperti ATM (anjungan tunai mandiri). Tidak masing-masing bank memiliki ATM dengan branding sendiri-sendiri. Ini juga untuk efisiensi," ujarnya.
Menurutmua, kerjasama semacam ini lebih cepat dan efektif dalam menghadapi kompetisi ketat perbankan di era MEA. Sementara proses merger, menurutnya, sulit dan memakan waktu yang panjang karena harus melalui proses hukum dan perlu menyamakan karakter bank yang berbeda.
Diteruskan Baiquni, hal utama yang perlu diperhatikan pemerintah untuk menghadapi MEA adalah prinsip kesetaraan perbankan atau asas resiprokal di setiap negara ASEAN. Selama kesetaraan tersebut tidak tercapai, maka besarnya aset dan modal tidak akan memberikan pengaruh signifikan dalam kesuksesan menghadapi MEA.
Dukung Pembangunan Infrastruktur
Persoalan konsolidasi bank-bank BUMN sejatinya tidak sekedar untuk menghadapi MEA. Namun agar bank-bank BUMN bisa memberikan kontribusi yang lebih besar bagi pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Sebab, hampir 60 persen dari belanja APBN habis untuk membayar gaji dan sisanya untuk membayar subsidi dan utang. Tanpa perubahan drastis manajemen fiskal, APBN tidak bisa diandalkan. Yang bisa membiayai hal tersebut taklain bank dan karena itu bank-bank harus memiliki permodalan yang kuat.