Baru Berusia 18 Tahun, Gadis Ini Sudah 11 Kali Kawin Dalam 8 Bulan
Susi (18) - sebut saja demikian - wanita berkulit putih dengan rambut panjang, serta memiliki tubuh ramping, tersenyum saat ditanya
Hingga akhirnya, Susi pun mulai menggeluti dunianya sebagai istri kontrak dengan suami pria asal Timur Tengah.
Menurut Susi, turis asal Timur Tengah yang datang ke Indonesia khususnya di Jakarta, akan selalu mencari perempuan lokal untuk dijadikan istri, selama mereka menetap di suatu tempat di Indonesia mereka butuh pemuas seks.
“Tapi mereka nggak mau melacur, makanya mereka cari perempuan yang mau jadi istri sementaranya,” katanya.
Selain bayaran yang mahal dan tidak perlu repot menjajakan diri di pinggir jalan raya, Susi merasa kalau perbuatannya tidak melanggar.
Perempuan memiliki tinggi badan sekitar 156 centimeter ini, begitu marah saat disebut sebagai PSK.
Amil Palsu
Hanya dengan berbekal uang mahar antara Rp 2,5-3 juta, plus adanya saksi dan amil -sebutan untuk penghulu - sah lah bagi turis Timur Tengah itu tidur dengan wanita-wanita tersebut.
Padahal bagi warga pribumi, model perkawinan seperti itu jelas tidak sah.
Betapa tidak, amil yang disiapkan untuk mengawinkan warga Timur Tengah dengan wanita pribumi, kebanyakan amil palsu yang cukup dibayar Rp 250 ribu.
“Bagaimana kita bisa menyiapkan amil beneran, kalau tiba-tiba malam-malam turis Timur Tengah itu minta dikawinkan karena mereka, ingin berkencan dengan wanita di sini. Ya, akhirnya ngambil amil cabutan saja, kadang tukang ojek atau siapapun lah,” ujar Bakrie (40), sebut saja demikian, salah satu pemuda di daerah Desa Tugu Utara yang kerap diminta untuk menyiapkan amil.
Bakrie yang sudah banyak mengenyam asam garam seluk beluk kehidupan warga Timur Tengah di kawasan Puncak mengatakan, praktik kawin kontrak itu fakta dan sudah terjadi sejak puluhan tahun lalu.
Namun katanya, sampai saat ini sulit membuktikan adanya praktik kawin kontrak tersebut. “Tak kertas secuil pun untuk menunjukkan bahwa pasangan Timur Tengah dengan seorang wanita pribumi sudah melakukan kawin kontrak. Jadi secara hukum, sulit dibuktikan telah terjadi perkawinan itu, tapi fakta di lapangan, praktik itu benar-benar ada,” kata pria yang aktif mengurusi pariwisata di Puncak, Jawa Barat itu.
Lebih jauh kata Bakrie, wanita yang menjadi pelaku kawin kontrak berasal dari berbagai wilayah di Jawa Barat. Seperti Bogor, Cianjur, Sukabumi, termasuk Garut dan sejumlah daerah lainnya.
"Mereka umumnya sengaja didatangkan agen atau calo atas pesanan turis Timur Tengah itu. Para turis berasal dari berbagai Negara di Timur Tengah, salah satunya didominasi warga Arab Saudi," kata pria yang seharinya-harinya mengelola sebuah home stay di kawasan Puncak itu.
TRIBUNNEWS BOGOR