Transkrip Lengkap
(TRANSKRIP 1) Ini Transkrip Lengkap Percakapan Setya Novanto, Riza Chalid, dan Bos Freeport
Keputusan itu diambil melalui mekanisme voting, setelah sempat terjadi perdebatan di antara anggota Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD).
Kedua kalau smelter. Kalau di sana bangun smelter di sana lebih banyak rawa. Jadi kuatirnya waktu. Kalau lihat gitu saya lihat di Gresik ada smelter kecil yang tinggal diterusin. Terus di sana juga ada pabrik semen juga untuk pupuk yang penting kan pakai dana sendiri, tidak melalui dana perbankan kita. "Kita harus paksa supaya cepat-cepat dibangun". Ya kalau gitu. "Habis itu baru Timika, Pak Ketua". Yang mana duluan Pak. Dia diam saja. "Yang ketiga, soal apa Pak Ketua". Soal penyerahan soal sahamnya itu, kan sudah 30 % diminta 51%. Itu tidak mungkin Pak. Ini kan sudah berbagi dengan daerah yang 250 ribu Ha itu, susah juga. Kebayang juga dengan kabupaten lain. Ini tidak mungkin. Terus dia diam saja. Pak Luhut cuma bilang: kita runding. Pas saya makan, presiden samperin saya. "Ini kan Pak Luhut. Itu apa Pak Luhut sudah bicara belum". Oh iya sudah Pak, Pak Luhut yang banyak memberikan pendapat. Bagusnya kalau bisa segera. Ngobrol-ngobrol itu. Oh iya sekarang Pak karena sekarang sudah waktunya.
Lalu saya pulang. Saya mau rundingan dengan sama Pak.. Jangan-jangan ini karena yang dulu ada keributan antara anak buahnya Pak Luhut, Si Darmo dan si siapa itu, Sudirman Said diekspos. Ini minta diklirken. Saya akan ngomong ke Pak Luhut. Ya udah. Makanya perlu ketemu itu. Hahahahaa
MR: Jadi gini Pak. Ini bahan dari Pak Luhut dan timnya. Sudah baca?
MS: Perpres sudah baca yang percepatan pembangunan ekonomi Papua.
MR: Jadi mereka itu kan mau maju dulu dibangun di sana. Apa sudah ada konsep di sana? Dari Pak menteri
MS: Oh tidak begitu. (bersambung)