Perayaan Imlek 2016
Ini Faktor Pembeda Kalender Islam dan Tiongkok Meski Sama-sama Berbasis Bulan
Sistem penanggalan Tiongkok dan Islam sama-sama menggunakan bulan sebagai dasar perhitungannya.
Dengan memasukkan unsur musim, satu bulan dalam kalender Tiongkok tetap berlangsung antara 29-30 hari seperti sistem kalender Islam.
Namun, kemudian akan ada bulan kabisat atau Lun Gwee.
Lama bulan kabisat 29-30 hari juga. Penambahan dilakukan setiap 2,7 tahun sekali. Jadi, ada satu tahun dalam kalender Tiongkok yang punya 13 bulan.
Dengan cara itu, selisih 11 hari dengan kalender Masehi bisa diatasi dan tahun baru Tiongkok tetap jatuh pada musim semi.
Cermin Peradaban
Mengapa Tiongkok memasukkan unsur musim dan Islam melarang?
Penjelasannya bisa hanya mutlak pada faktor kepercayaan tetapi juga bisa dibahas secara antropologis.
Secara kepercayaan, masyarakat Tiongkok punya keyakinan bahwa tahun baru harus jatuh pada musim semi, saat musim panen tiba.
Musim semi dinilai sebagai momen keberuntungan.
Sementara dalam Islam, memasukkan unsur musim seperti dilakukan dalam kalender Tiongkok atau masa Quraisy dianggap haram dan mengulur-ulur waktu.
Pelarangan itu termuat di dalam Al Quran surat At Taubah 9:38 dan 9:39
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu adalah menambah kekafiran."
Jika puas dengan penjelasan kepercayaan, mungkin kita lantas menghakimi budaya yang lain. Tetapi jika memahami latar belakang budaya, kita bisa belajar tentang toleransi.
Bagi masyarakat Tiongkok, musim memang penting.
"Tiongkok merupakan bangsa agraris jadi memasukkan unsur musim itu penting," ungkap Hakim.
Sebaliknya, tanah Arab adalah gurun. Tak mungkinlah bertani. Arab merupakan wilayah dagang sehingga musim menjadi tak terlalu penting bagi penduduknya.