Waspada, Candu Game Online pada Anak Lebih Berbahaya dari Narkoba
Awalnya, saya biarkan pakai tablet punya saya. Lalu, dibelikan oleh ayahnya. Tujuannya buat belajar.
Penulis: Noval Andriansyah | Editor: soni
“Jangan langsung melarang anak total berhenti main game. Karena anak banyak akal. Kalau mereka dilarang bermain (games online) di rumah, maka dia akan lari ke warnet atau rumah teman atau tetangga sehingga berakibat orangtua tidak bisa mengawasi apa yang dilakukannya,” jelas Tendri.
Penguatan Peran Orangtua
Kecanduan permainan (games) online mungkin tidak akan terjadi pada anak-anak, jika orangtua lebih banyak meluangkan waktu untuk berinteraksi dengan anak-anaknya. Sejauh ini, kebanyakan anak-anak yang keranjingan games online dikarenakan orangtuanya sibuk dengan urusannya masing-masing.
Psikolog Universitas Lampung Shinta Mayasari mengatakan, banyak kasus yang ditemukan olehnya terkait dengan kecanduan games online adalah karena interaksi di rumah dengan keluarga yang lain tidak harmonis.
“Jadi mungkin di rumah juga orangtuanya tidak meluangkan waktu untuk misalnya bermain menemani anak, atau misalnya melakukan kegiatan bersama. Kadang-kadang ada orangtua yang ketika pulang ke rumah juga sibuk dengan urusannya sendiri, misalnya menonton televisi atau meneruskan pekerjaan kantornya, atau melakukan kegiatan lainnya yang sifatnya tidak interaksi dengan anak-anak,” ungkap Shinta.
Jadi, lanjut Shinta, karena anak-anak tidak diajak berinteraksi dan sosialisasi dengan anggota keluarga yang lain ketika di rumah, akhirnya memilih untuk mengisi waktu luangnya dengan bermain games. Menurut sepengetahuan Shinta, kebanyakan anak-anak bermain games online itu pergi ke luar rumah atau ke warung internet (warnet).
“Perilaku ini terjadi karena di rumah tidak diciptakan komunikasi yang harmonis. Orangtua disatu sisi tidak meluangkan waktu untuk bergaul dengan anak-anaknya, tetapi disisi lain orangtua memarahi anaknya ketika banyak bermain games. Oleh karena itu, perlu penguatan peran orangtua terhadap perilaku dan pendidikan si anak,” kata Shinta.
Sebenarnya, terus Shinta, harus dikaitkan usia anak dengan perilaku bermain games online. Shinta mengimbau, jika orangtua menginginkan anak-anaknya lebih betah di rumah, perbaiki komunikasi antara anak dan orangtua. Kemudian, sambung Shinta, ciptakan kegiatan menyenangkan yang bisa dilakukan antara anak dengan anak atau anak dengan orangtua.
“Tidak ada tugas-tugas perkembangan si anak itu salah satunya pintar bermain games. Selama orangtua membuka diri untuk berteman dengan anak dan menghabiskan waktu dengan anak, kecenderungan anak dalam bermain game online akan berkurang. Tidak salah permainan online-nya, tetapi berlebihan waktunya yang menjadi salah,” jelas Shinta. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/lampung/foto/bank/originals/game-online_20160522_234243.jpg)