Kudeta Militer di Turki

Dokter Lampung Ini Terinjak-injak Saat Tiarap Lindungi 2 Putrinya di Bandara Ataturk

Belakangan Prambudi baru tahu, para penumpang yang berlarian dengan panik itu mencoba menuju toilet untuk berlindung. Ikhwal toilet menjadi tempat

Penulis: tak ada | Editor: Ridwan Hardiansyah
Kompas.com
Situasi di ruang tunggu Bandara Antalya, Turki, Sabtu (16/7/2016). Tidak terlihat ada pengamanan ketat, tidak ada tentara atau polisi. Bandara ini tak terpengaruh oleh rencana kudeta yang gagal di Ankara dan Istanbul. 

[] Terjebak Kudeta Militer (bagian 1/habis)

Laporan Reporter Tribun Lampung Tri Purna Jaya

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, ISTANBUL – Prambudi Rukmono sempat terinjak para penumpang lain, yang berhamburan ke toilet untuk bersembunyi. Kepanikan terjadi di Bandara Ataturk saat kudeta militer berlangsung di Turki, Jumat (15/7/2016) malam.

Saat peristiwa kudeta militer terjadi, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Bandar Lampung Prambudi Rukmono bersama keluarganya memang sedang berada di Bandara Ataturk, Istanbul, Turki. Sebab, pesawat yang mereka tumpangi dari Belanda menuju Jakarta, melakukan transit di bandara tersebut.

Prambudi menceritakan, peristiwa kudeta membuat panik seisi Bandara Ataturk. Dentuman ledakan dan rentetan desing peluru senapan di luar bandara, saling bersahutan. Hal itu membuat suasana basement Bandara Ataturk, di mana keluarga Prambudi dan rombongan menunggu kepastian penerbangan ke Jakarta, menjadi panik. Ratusan orang berlarian dari lantai 1 melalui tangga ke basement.

“Orang-orang yang dari lantai 1 turun semua ke bawah (basement). Panik. Karena ada dentuman bom di luar. Ditambah lagi, suara jet tempur yang nggak berhenti,” kisah Prambudi, saat ditemui di tempat praktiknya di Apotek Enggal, Selasa (19/7/2016) malam.

Melihat ratusan orang berlarian dengan panik, Prambudi secara naluriah langsung merangkul dua anak gadisnya, yang duduk di hadapannya. Ia tiarap di atas punggung kedua anaknya itu. Prambudi berusaha melindungi kedua putrinya dari terjangan orang-orang yang panik.

Akibatnya, tak terhitung lagi sudah, jejak kaki yang tertapak pada kaus yang dipakainya. Prambudi terinjak-injak dalam usaha melindungi kedua buah hatinya. Sementara sang istri, sedang berada di toliet.

“Sudah nggak kehitung lagi berapa kali saya terinjak. Yang penting, dua anak saya bisa selamat. Ratusan orang lari dari lantai 1,” katanya.

Belakangan Prambudi baru tahu, para penumpang yang berlarian dengan panik itu mencoba menuju toilet untuk berlindung. Ikhwal toilet menjadi tempat berlindung itu pun, ia ketahui dari salah satu penumpang lain, yang mengatakan, toilet adalah tempat teraman jika terjadi peristiwa seperti di Ataturk itu.

“Ternyata, banyak yang ngumpet di toilet. Saya mau buang air kecil jadi susah. Ada yang jongkok, ada yang berdiri sampai ke sudut-sudutnya,” katanya.

Setelah kekacauan mereda, sambil menahan sakit di punggungnya, Prambudi beringsut dan mengajak kedua anaknya duduk di balik sebuah tiang. Konter bar yang ada di depannya berantakan, makanan berhamburan ke mana-mana, potongan-potongan cokelat tercecer di lantai.

Kepanikan tidak berlangsung lama. Setelah dentuman bom dan raungan jet tempur mereda, sinyal ponsel yang timbul tenggelam mulai stabil. Prambudi lalu menghubungi seorang rekan sejawatnya, dan meminta nomor Komisariat Jenderal (Komjen) Kedutaan Besar RI di Istanbul.

“Saya dapat nomornya, langsung saya telepon. Orang Komjen merespons cepat. Mereka bilang, supaya saya dan rombongan tidak pergi ke mana-mana. Mereka juga bilang, saat ini bandara adalah tempat teraman. Dari situ, baru saya tahu, ternyata sebelum saya mendarat, bandara sudah dikuasai tentara pemberontak,” katanya.

Usai mendapatkan instruksi tersebut, Prambudi mendengar kegaduhan lagi di luar bandara. Ratusan bendera Turki melambai. Ratusan orang berkumpul dan berdemonstrasi. Beberapa di antaranya berusaha memecahkan kaca dan pintu masuk bandara.

Sumber: Tabloid Nova
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved