HUT Ke 71 RI
Perayaan Qiu Jie Yayasan Hakka Metta Sarana Lampung
71 tahun sudah Indonesia merdeka. Pencapaian yang membutuhkan perjuangan keras dari segenap para pendiri bangsa.
Penulis: heru prasetyo | Editor: soni
Laporan Reporter Tribun Lampung Heru Prasetyo
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - 71 tahun sudah Indonesia merdeka. Pencapaian yang membutuhkan perjuangan keras dari segenap para pendiri bangsa. Tidak terkecuali para keturunan Tionghoa yang memiliki kecintaan terhadap tanah air yang ingin negeri ini bebas dari penjajahan.
Peran pejuang keturunan Tionghoa memang tidak banyak dibahas di buku sejarah nasional. Namun beberapa nama telah mencatatkan kisah manis bagi kemerdekaan Indonesia di masa lalu. Laksamana Muda (Purn) John Lie Tjeng Tjoan atau yang dikenal dengan sebutan Jahja Daniel Dharma adalah satu diantaranya. Nama ini bahkan diabadikan menjadi panggilan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) dengan kode lambung 358 John Lie.
Ada pula Soe Hok Gie. Aktivis dari kampus Universitas Indonesia Fakultas Sastra ini adalah sosok kritis yang banyak menentang kediktatoran Soekarno dan Soeharto. Gie yang mati muda di usia 27 tahun pun namanya abadi sebagai tokoh pergerakan yang diperhitungkan oleh bangsa.
Nama berikutnya Siauw Giok Tjhan yang menginisiasi pendirian Partai Tionghoa Indonesia (PTI), Djiaw Kie Siong pemilik rumah di Dusun Bojong, Rengasdengklok Kabupaten Karawang yang mengamankan Soekarno-Hatta jelang proklamasi dari kalangan pemuda. Serta peran Letnan Kolonel Ong Tjong Bing yang bertugas di bidang medis saat perang 10 November 1945.
"Tokoh keturunan Tionghoa memiliki keterikatan yang begitu baik dalam kemerdekaan bangsa ini," ungkap Ketua Yayasan Hakka Metta Sarana Aleysius Bunawan Chandra dalam perayaan Qiu Ji di Gedung Serbaguna Yayasan Hakka Meta Sarana di Jalan Ikan Bawal 76 Telukbetung Bumi Waras, Rabu (17/8) malam.
"Oleh karena itu, kita perlu dan wajib memberikan penghormatan dan mengenal leluhur kita tersebut sebagai bagian dari upaya kita mencintai bangsa Indonesia," ungkapnya melanjutkan. "Perayaaan ini adalah salah satu sarana bagi kita untuk itu, semua bertemu dan berkumpul dalam suasana bahagia," jelas pemilik raksasa ritel Chandra Superstore.
Aleysius mengungkapkan, perayaan Qiu Ji rutin dilakukan tiap tahunnya oleh keturunan Tionghoa yang berada di Lampung. Kebetulan, sambung dia, perayaan datangnya malam purnama penuh pada malam pertengahan Musim Gugur tahun 2016 ini bertepatan dengan hari kemerdekaan Indonesia.
Sehingga tema besar yang diangkat yaitu Melestarikan Budaya Leluhur Dalam Acara Peringatan Qiu Jie diselaraskan dengan tema kemerdekaan yang sedang bergulir. "Semangatnya tetap sama, yaitu menghormati leluhur. Sebagai bangsa yang besar tentu kita juga wajib hormati para pejuang kita. Merdeka," teriaknya di sela sambutan.
Sementara itu perayaan Qiu Jie sendiri adalah perayaan yang dilaksanakan setiap tanggal 15 bulan 8 menurut penanggalan kalender Imlek dirayakan sebagai Festival Zhong Qiu atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Mid Autumn Festival. Di Indonesia, Festival Zhong Qiu juga sering disebut dengan Festival Kue Bulan karena Festival Zhong Qiu memang identik dengan makanan khasnya yaitu Kue Bulan.
Bulan Purnama pada malam pertengahan Musim Gugur merupakan bulan Purnama yang paling terang dan bulat sehingga setiap pertengahan Musim Gugur dirayakan sebagai Festival Zhong Qiu yang artinya adalah Festival Pertengahan Musim Gugur.
Pada Malam Purnama Zhong Qiu, Setiap orang yang menatap langit melihat bulan Purnama yang bulat dan terang akan merasakan kerinduan terhadap keluarganya apalagi bagi orang yang merantau di daerah lain, kerinduannya terhadap keluarga menjadi semakin kuat sehingga mengharapkan dapat berkumpul dengan keluarganya. Oleh karena itu, Malam Zhong Qiu juga disebut Festival Reuni (heru prasetyo)