Hiu Paus Terjaring di Teluk Lampung
Hiu Tutul yang Terjaring Nelayan Teluk Lampung Tak Berbahaya, Makanannya Plankton
Hiu paus atau dengan nama latin Rhincodon typus adalah hiu pemakan plankton yang merupakan spesies ikan terbesar.
Penulis: Romi Rinando | Editor: Andi Asmadi
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Nelayan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kelurahaan Sukaraja, Kecamatan Bumi Waras, geger dengan terjaringanya hiu paus di perairan pesisir Teluk Lampung, Minggu (18/9/2016) pagi.
Hiu paus dengan motif totol putih itu panjangnya sekitar 5 meter dengan bobot diperkirakan mencapai ratusan kilogram. Hiu paus ini terperangkap jaring pukat milik nelayan TPI Sukaraja yang tengah menjaring ikan.
Dari wikipedia disebutkan, hiu paus atau dengan nama latin Rhincodon typus adalah hiu pemakan plankton yang merupakan spesies ikan terbesar. Dalam bahasa Inggris disebut whale shark.
Hiu paus biasa disebut cucut karena ukuran tubuhnya yang besar dan kebiasaan makannya dengan menyaring air laut menyerupai kebanyakan jenis paus.
Disebut pula dengan nama geger lintang (dari bahasa Jawa: punggung berbintang) dan hiu tutul (nama yang cenderung menyesatkan, karena banyak jenis cucut yang berpola tutul), merujuk pada pola warna di punggungnya yang bertotol-totol, serupa bintang di langit.
Hiu ini mengembara di samudera tropis dan lautan yang beriklim hangat, dan dapat hidup hingga berusia 70 tahun. Spesies ini dipercaya berasal dari sekitar 60 juta tahun yang lalu.
Sebagai pemakan plankton, yang memperoleh mangsanya dengan menyaring air laut, hiu paus memiliki mulut yang berukuran besar, hingga selebar 1.5 meter (4.9 ft) yang berisikan 10 lembaran penyaring dan sekitar 300 hingga 350 deret gigi kecil-kecil.
Ikan ini juga memiliki lima pasang insang berukuran besar. Dua mata yang kecil terletak di ujung depan kepalanya yang datar dan lebar.
Warna tubuhnya umumnya keabu-abuan dengan perut putih; tiga gigir memanjang terdapat di masing-masing sisi tubuhnya, serta lukisan bintik-bintik dan garis kuning keputih-putihan yang membentuk pola kotak-kotak.
Pola bintik-bintik – yang mengesankan sebagai taburan bintang – itu bersifat khas untuk masing-masing individu, dan acap digunakan dalam perhitungan populasi. Kulitnya hingga setebal 10 sentimeter (3.9 in).
Sirip punggung dan sirip dada masing-masing sepasang. Pada hewan muda, sirip ekornya lebih panjang yang sebelah atas; sementara pada hewan dewasa sirip ini lebih berbentuk seperti bulan sabit.