Tipu-Tipu Pengecer Dapatkan Premium
Awal Oktober ini, Hiswana Migas Provinsi Lampung telah membuat surat keputusan bersama dengan seluruh pengusaha SPBU
Penulis: Gustina Asmara | Editor: soni
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Awal Oktober ini, Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Provinsi Lampung telah membuat surat keputusan bersama dengan seluruh pengusaha SPBU. Salah satu isi kesepakatan itu adalah seluruh SPBU di Lampung tidak melayani penjualan premium dengan menggunakan jeriken tanpa terkecuali.
Sayangnya, meski sudah ada surat tersebut, masih banyak pedagang eceran yang menjual premium di Bandar Lampung. Mereka mendapatkan premium dengan cara "tipu-tipu" ke SPBU.
Deki, salah satu pengecer premium di daerah Tanjungsenang saat ditanya bagaimana ia bisa mendapatkan premium, mengatakan, ia mengisi premium ke motor besarnya di SPBU.
Bensin yang ada di tangki motor tersebut kemudian disedot dengan selang. Menurut dia, sudah cukup lama dia melakukan hal itu. Alasannya, agar lebih simpel. "Jadi tidak perlu bawa jeriken. Kan saya juga jualnya tidak banyak," kata dia, belum lama ini.
Saat disinggung mengenai tidak dibolehkan lagi berjualan premium, ia mengaku belum mendengar hal tersebut. "Memang katanya, di SPBU tempat saya biasa isi premium, tidak lagi melayani pembelian dengan jeriken. Tapi saya kan isi bensinnya langsung ke tangki motor, jadi tidak ada masalah," kata dia.
Bukan saja Deki yang "mencurangi" untuk mendapatkan premium. Pedagang lainnya, Basar mengaku, membeli premium dari sebuah mobil temannya. Jadi, tangki mobil yang sudah terisi bensin itu disedot, kemudian dijual kepada dirinya.
"Saya bensinnya diantar teman. Dia beli di SPBU dengan mobilnya. Kapan saja, saya bisa dapat bensin. Hari ini saja baru diantar. Dari mobil teman saya itu. Jadi, kapan mau beli premium, tinggal hubungi teman saya," kata dia. Menurut Basar, dia baru berdagang premium empat bulan terakhir. Dan sampai Senin (24/10/2016) lalu, ia masih mudah mendapatkan premium.
Lain lagi yang diungkapkan Buyung. Meski dia kini berdagang eceran pertalite, namun dia memberi bocoran jika ingin membeli premium dalam jumlah banyak ada mobil yang ngecor dari arah Sumatera Selatan. Namun menurutnya, hal itu bisa berbahaya.
"Kalau mau jualan sebaiknya pertalite saja. Kalau premium, meski ada yang bisa sediakan dalam jumlah banyak, tapi khawatirnya itu berbahaya," kata dia kepada Tribun yang berpura-pura ingin menjadi pedagang eceran premium.
SPBU Tidak Tahu
Sementara itu sejumlah pengelola SPBU mengaku tidak mengetahui soal "tipu-tipu" pengecer mendapatkan premium. Menurut mereka, pihaknya sudah tidak lagi melayani pembelian premium dengan jeriken.
Agus Siswanto, pengawas SPBU 24.351.125 Jalan Sultan Agung, Bandar Lampung menuturkan, sejak awal bulan Oktober ini sudah tidak lagi melayani pembelian premium dengan jeriken. Hal itu terus dia, sesuai dengan surat keputusan bersama para pengusaha SPBU.
"Gak boleh lagi sejak sebulan ini. Dialihkan ke pertalite," ujar dia. Saat ditanya bagaimana reaksi para pengecer, dia mengatakan, ada sebagian mau beralih ke pertalite, ada juga yang marah dan tidak mau beli pertalite.
Saat ditanya apakah dirinya mengetahui ada aksi tipu-tipu pengecer dengan cara mengecor premium ke tangki motor atau mobil, ia mengaku tidak mengetahui dan belum menemui tipu- tipu seperti itu.
Sementara pengawas SPBU 24.351.30 Jalan Soekarno Hatta, Bypas, Kamto mengatakan, sudah tidak lagi melayani pembelian premium dengan jeriken. Menurut dia, hal tersebut sesuai dengan instruksi bosnya.
Namun, kata dia, saat mati lampu dan ada warga yang beli untuk genset, dia membolehkannya. Menurut dia, itu murni karena memang saat itu kenyataannya mati lampu dan warga mengatakan untuk genset. "Genset kan pakai bensin. Dan belinya juga tidak banyak," kata dia.