Di Usia 32 Tahun, Satpam Asal Aceh Ini Berhasil Raih Gelar Doktor

Rektor UIN Ar Raniry, Prof Dr H Farid Wajdi Ibrahim MA juga bertindak sebagai penguji Sulaiman.

Net
Ilustrasi. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDA ACEH - Menuntut ilmu adalah bagian dari sebuah proses kehidupan, yang bisa dilakukan terus menerus tanpa henti hingga akhir hayat nanti.

Menuntut ilmu atau belajar juga tak memandang usia, apalagi pekerjaan.

Sulaiman, pria yang sehari-hari bekerja sebagai satpam pada Biro Rektor UIN Ar Raniry, membuktikan hal itu.

Selasa (6/12/2016), Sulaiman berhasil menyematkan gelar doktor di depan namanya, sebuah gelar bergengsi dalam dunia pendidikan.

Pria kelahiran Hagu, Pidie Jaya 3 Juni 1984 itu menyelesaikan program doktoral yang selama ini ia tekuni, sembari bekerja sebagai satpam di kampus, yang dulunya bernama IAIN Ar-Raniry.

Ia memaparkan desertasinya dalam sidang promosi doktor, yang berlangsung di gedung Pascasarjana UIN Ar Raniry, Banda Aceh.

Sulaiman memaparkan desertasinya berjudul Manajemen Kelas dan Implikasinya terhadap Kualitas Pembelajaran, Suatu Kajian tentang Classroom Climate pada Madrasah Aliyah di Aceh.

Halaman demi halaman ia jelaskan di hadapan para penguji bergelar profesor.

Rektor UIN Ar Raniry, Prof Dr H Farid Wajdi Ibrahim MA juga bertindak sebagai penguji Sulaiman.

Adapun, penguji lainnya adalah Prof Dr Rusjdi Ali Muhammad SH, Prof Eka Srimulyani MA PhD, Prof Dr Yusrizal MEd, Prof Dr Misri A Muchsin MA, Prof Dr Cut Zahri Harun MEd, dan terakhir Prof Dr Warul Walidin Ak MA, yang juga bertindak sebagai promotor.

Tak tangung-tanggung, Sulaiman berhasil meraih nilai dengan predikat sangat baik, dalam sidang akhir tersebut.

Tentunya, sebuah capaian yang luar biasa ditorehkan Sulaiman.

Dalam disertasinya, Sulaiman membahas manajemen kelas yang tidak hanya bersifat fisik, namun juga nonfisik (sosioemosional kelas).

Pentingnya bahasan itu, kata Sulaiman, karena secara sosioemosional selama ini di lapangan, belum terlaksana secara optimal.

"Saat ini, masih banyak interaksi pembelajaran di kelas pada madrasah aliyah di Aceh, yang belum terjalin secara baik dan sigfikan. Idealnya, guru yang mengajar di kelas harus dapat membangun hubungan emosional dengan peserta didik, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang kondusif, dan meningkatkan aktivitas belajar peserta didik," tuturnya.

Sulaiman melalui desertasinya juga menyampaikan beberapa masukan kepada Kementerian Agama, agar dapat memperhatikan keterampilan manajemen kelas, dan dapat membuat program-program pelatihan untuk meningkatkan keterampilan guru.

Hari ini, Sulaiman telah membuktikan bahwa menuntut ilmu tidak ada batasan bahkan tidak mengenal pekerjaan.

Jika ada keinginan, tentu ada jalan, kesempatan selalu terbuka, seperti yang berhasil diraih pria 32 tahun tersebut.

Pekerjaan Sulaiman sebagai seorang pengaman kampus, tak pernah menyurutkan semangatnya untuk belajar.

Di sela-sela menjaga dan memastikan keamanan di kampus, pria itu dengan gigihnya belajar, hingga akhirnya berhasil menyematkan gelar doktor di depan namanya.

Program sarjana dan magister juga diselesaikan Sulaiman sembari dirinya bekerja sebagai satpam di kampus UIN Ar Raniry.

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved