Kekasih Briptu Ridho, Korban Bom Kampung Melayu, Rasakan Firasat Ini Usai Teleponan
Ridho dan Aulia sudah menjalin kisah asmara cukup lama. Ridho merupakan lulusan SMK Penerbangan Dirgantara Curug, Tangerang, tahun 2014.
Ibunda almarhum, Kofifah, mengaku sangat terkejut dengan kepergiaan anak laki-laki satu-satunya tersebut. Bungsu dari tiga bersaudara tersebut menurut Khofifah merupakan anak yang baik dan ramah.
"Kalau saya dan bapak tidak ada firasat apa-apa sebelumnya. Hanya saja memang pada hari itu (ketika kejadian), almarhum seperti bermalas-malasan. Terus ketika mau berangkat kerja juga seperti ogah-ogahan," ucap Khofifah di lokasi pemakaman, Kamis.
Menurut Siti, Ridho dikenal sebagai sosok yang baik dan penurut. Siti yang selalu bersama Ridho sejak kecil merasa kehilangan sosok keponakannya. "Orangnya baik, nggak banyak tingkah, dari kecil dia sama saya. Januari terakhir ketemu dia," isak Siti Fatimah.
Ayah Ridho, Gunawan, mengaku tidak menyangka anaknya menjadi korban tewas bom bunuh diri di Kampung Melayu. Sesaat setelah ledakan bom terjadi, Gunawan mengakui menelepon anaknya untuk menanyakan tentang aksi teror tersebut.
Namun, telepon Gunawan tak mendapat respons. Meski begitu, ia mengaku tak mencemaskan keberadaan Ridho.
"Tidak ada kabar sebelumnya. Ketika mendengar berita ada bom, saya telepon dia, tapi tidak diangkat, saya mengiranya Ridho sudah tidur. Setelah itu, kabar baru kita ketahui setelah rumah kami didatangi oleh oleh kepolisian," kata Gunawan, Kamis petang. Para polisi kemudian membawa Gunawan ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati Jakarta.
Setelah dibawa ke kamar jenazah di rumah sakit milik polri itu, Gunawan diperlihatkan jasad anaknya. Ia lantas memastikan jasad yang sudah terbujur tersebut adalah anak bungsunya.
Gunawan menyatakan sangat bangga kepada sang anak. Menurutnya, anaknya gugur dalam menjalankan tugasnya sebagai abdi negara. Terakhir kali Gunawan bertemu anak bungsunya tersebut pada Rabu sore.
"Saya sangat mengutuk perbuatan yang biadab ini, dan juga saya mengingatkan kepada anggota Polri yang lainnya untuk meningkatkan kewaspadaan," tegas Gunawan.
Ia pun berharap kejadian yang dialami oleh anaknya, tidak terulang kepada anggota Polri lainnya.
Sementara itu bibi almarhum, Siti Fatimah mengaku sudah memiliki firasat sebelumnya. Sekitar pukul 10 malam, Siti dan suaminya sempat mendengar suara ledakan seperti bom.
"Waktu mau tidur sempat bunyi 'duum' kayak bom, suami saya nanya suara apa itu, saya bilang itu suara bom. Lalu kami tidur. Setelah itu jam tiga subuh (Kamis 25/5) baru dapat kabar kalau Ridho sudah nggak ada," kata Siti di rumah duka di Desa Negeri Katon RT 1 RW 2, Kecamatan Selagai Lingga, Lampung Tengah, Kamis (25/5).
Menurut Siti, Ridho dikenal sebagai sosok yang baik dan penurut. Siti yang selalu bersama Ridho sejak kecil merasa kehilangan sosok keponakannya. "Orangnya baik, nggak banyak tingkah, dari kecil dia sama saya. Januari terakhir ketemu dia," isak Siti Fatimah.
Siti juga mengutuk keras tindakan pengeboman yang dilakukan pelaku yang menewaskan Ridho dan beberapa rekannya.
"Tolonglah berhenti ngebom orang yang tidak berdosa seperti ini. Sakit rasanya kami yang ditinggalkan," ungkapnya.
Siti Fatimah, kerabat Ridho, mengaku sempat tak percaya ketika mendapat kabar bahwa keponakannya menjadi korban bom bunuh diri.