Kekasih Briptu Ridho, Korban Bom Kampung Melayu, Rasakan Firasat Ini Usai Teleponan
Ridho dan Aulia sudah menjalin kisah asmara cukup lama. Ridho merupakan lulusan SMK Penerbangan Dirgantara Curug, Tangerang, tahun 2014.
Ia mengatakan, keluarga diberi tahu tentang kepergian Ridho sekitar pukul 03.00 WIB, Kamis.
"Kami sekeluarga sama sekali tidak ada firasat apa-apa (tentang Ridho), dan terkejut ketika mendengar ada ledakan bom di Jakarta. Mala itu belum ada kabar bahwa salah satu korbannya adalah Ridho. Kami baru dapat kabar sekitar pukul 03.00 WIB," kata Fatimah sambil terus menyeka air matanya.
Berduka
Sementara Bupati Lamteng Mustafa, yang mengunjungi rumah duka, menyatakan turut berduka. Ia berharap, tidak ada lagi aksi teror yang mengakibatkan seseorang berpisah dengan orang yang ditinggalkannya.
"Kita semua turut berduka cita. Ini adalah kesedihan kita semua. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran. Menjelang bulan suci Ramadan ini kita sangat menyesalkan dengan aksi bom bunuh diri yang menodai. Mudah-mudahan ini segera terungkap, dan jaringan yang dianggap sebagai pelaku dapat ditangkap," terang Mustafa. Pada kesempatan itu, Mustafa juga memberikan santunan kepada keluarga Ridho.
Menanggapi kasus bom bunuh diri, Mustafa mengajak masyarakat Lampung Tengah untuk mendahulukan berpikir dengan berkepala dingin. Ia mengimbau masyarakat agar tidak mudah terprovokasi oleh tindakan yang dapat memecah belah persatuan.
Wakapolda Lampung Brigjen Bonifasius Tampoi, yang memimpin upacara pemakaman secara militer, mengatakan, Ridho dinaikkan pangkatnya menjadi Briptu Anumerta atas jasa-jasanya.
Boni, sapaan akrabnya, juga mengingatkan jajarannya untuk meningkatkan kewaspadaan dan keamanan saat menjalankam tugasnya.
Mirip Bom Cicendo
Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan, ada kemiripan antara bom yang meledak di Kampung Melayu, dengan bom panci di Cicendo, Kota Bandung, akhir Februari lalu.
Pada kedua peristiwa itu, pelaku sama-sama menggunakan panci sebagai wadah bom dan gotri sebagai penambah daya ledak.
"Barang bukti yang ditemukan ada beberapa kesamaan dengan kejadian di Bandung beberapa waktu lalu," ujar Setyo.
Ia menambahkan, di lokasi ditemukan juga serpihan kain, lempengan alumunium, serpihan ransel, gotri, dan material yang diduga bahan rakitan bom.
Kepala Bagian Mitra Divisi Humas Polri Kombes Awi Setiyono mengatakan, jenis bom yang digunakan pelaku sama dengan bom di Bandung. Namun, material bom di Kampung Melayu lebih lengkap. "Ini termasuk mungkin lebih sempurna dari yang kemarin," kata Awi.
Hingga kini belum dapat dipastikan apakah jenis ledakannya high atau low explosive. Saat ini serpihan material bom yang menjadi barang bukti masih diteliti di laboratorium forensik.
"Labfor yang bisa menyatakan itu (high atau low). Karena identifikasinya dari serbuk residu, itu yang akan diperiksa," kata Awi.
Selain itu, kemungkinan motif kedua peristiwa itu sama, yakni mengincar polisi. Pada teror bom di Bandung, para pelaku mengincar sejumlah tempat yang dihuni polisi, seperti Polda Jawa Barat, Polres Cianjur, pos lalu lintas di Buah Batu, dan pos polisi di Gegerkalong.
Terpisah, Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Yusri Yunus mengatakan, kuat dugaan INS (31), pelaku bom bunuh diri di Kampung Melayu, berkaitan dengan bomber di Cicendo, yakni Agus, dan jaringan teroris yang ditangkap di Purwakarta.
Kabag Penerangan Umum Divisi Humas Polri, Kombes Martinus Sitompul, mengatakan, petugas sudah berhasil mengidentifikasi dua pelaku bom bunuh diri. Keduanya adalah Ihwan dan Ahmad Sukri.
"Di (ledakan) TKP 1 pelaku bernama Ihwan, dan di TKP 2 bernama Ahmad Sukri," kata Martinus, Kamis.(val/tribunnetwork)
Berita ini telah terbit di Koran Tribun Lampung 26 Mei 2017 dengan judul "Isak Tangis Iringi Jasad Briptu Ridho"