Tasripin Bocah Yang Pernah Dibantu SBY, Kondisinya Sekarang Begini
Tasripin di usianya 13 tahun waktu itu, ia terpaksa putus sekolah dan bekerja menjadi buruh tani untuk menghidupi ketiga adik-adiknya.
Tasripin menjadi ayah sekaligus ibu bagi ketiga adiknya. Ia bangun lebih pagi dari anak sepantarannya.
Tasripin harus menyiapkan menu sarapan untuk ketiga adiknya. Ia memulai aktivitasnya dengan menyalakan tungku api untuk memasak.
Ia sesekali mengucek mata karena asap api yang mengenai indera penglihatannya.
Adik perempuannya, Riyanti membantunya memotong sayuran yang dipetik dari kebun.
Sementara Dandi dan Daryo mandi di air pancuran belakang rumah sambil gojekan.
"Ini saya masak sayur daun singkong untuk dimakan bersama," kata Tasripin, Selasa (15/8/2017).
Ketiga adik Tasripin harus berangkat lebih pagi agar tak terlambat ke sekolah di seberang desa.
Ketiga bocah belia itu setiap hari harus berjuang menaklukkan jalan setapak dan membelah perbukitan untuk sampai di SD desa tetangga, berjarak 3 kilometer dari rumah.
Konsentrasi Tasripin kini harus terpecah. Ia dituntut pandai membagi waktu antara belajar di sekolah, merawat adiknya, serta mencari nafkah.
Padatnya kegiatan belajar di sekolah membuat Tasripin tak bisa bekerja fokus sebagai buruh tani, sebagaimana ia lakukan dulu.
Sementara Tasripin tak ingin putus sekolah untuk kedua kalinya demi menafkahi adik-adiknya.
Ia terpaksa memutar otak. Untung, kakaknya yang bekerja di Kalimantan meninggalkan sebuah sepeda motor butut di rumah.
Tasripin memanfaatkannya untuk bekerja paruh waktu. Di luar waktu sekolah, ia biasa menerima orderan untuk mengantar warga dengan sepeda motor.
Upah hasil mengojek itu ia pakai untuk mencukupi kebutuhan harian, termasuk memberi saku kepada ketiga adiknya.
"Saya kasih uang saku adik Rp 1000, kadang Rp 2000, dan sering tidak saya beri kalau tidak ada uang," katanya
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/lampung/foto/bank/originals/tasripin_20170816_084442.jpg)