Uang Mahar Terlalu Mahal, Pemuda Ini Akhirnya Menikah dengan Gadis Cantik Jerman
Bagaimana kisah cinta kedua yang beda suku bangsa bermula? Seng menuturkan jika keduanya berkenalan...
Sejarah Uang Panaik
Pada masa Kerajaan Bone serta Gowa dan Tallo, jika ada seorang laki-laki hendak meminang perempuan entah dari kalangan bangsawan maupun bukan, wajib menyerahkan uang panaik.
Jika tidak diserahkan, konsekuensinya adalah pinangan itu jelas ditolak.
Uang panaik hanya diserahkan kepada perempuan dari suku Bugis, Makassar, dan Mandar.
Uang panaik dimaksudkan sebagai penanda jika si laki-laki yang kelak akan menjadi suami akan mampu menafkahi istrinya.
Nah, sebaliknya, jika tidak mampu atau memiliki uang panaik, bagaimana mungkin kelak akan memberi nafkah.
Jika mampu memberi uang panaik berarti siap secara lahir batin untuk membangun bahtera rumah tangga.
Menikah pun tak cukup jika hanya bermodalkan cinta.
Uang panaik pada esensinya bukanlah uang untuk membeli calon istri.
Uang panaik adalah uang belanja atau mahar atau uang untuk membiayai pesta yang akan digelar keluarga calon mempelai perempuan.
Namun, seiring dengan perubahan zaman, esensi uang panaik mulai bergeser.
Awalnya adalah uang belanja, tapi kini bagi sebagian kalangan, uang panaik menjadi simbol prestise dan gengsi.
Bahkan, ada oknum ambil untung.
Nominal uang panaik mencitrakan, siapa yang memingang dan siapa yang dipinang.
Menikah di kalangan sebagian orang Bugis, Makassar, Mandar, akhirnya bukanlah perkara mudah dan murah.
Nah, sekarang, jika seseorang ingin meminang, berapa nominal uang panaik harus diserahkan.(*)