Polisi yang Jadi Tersangka Pemalsuan SIM Alami Hidup Rumit

Para tersangka sindikat pemproduksi dan penjual surat izin mengemudi (SIM) palsu berdalih karena keterdasakan

Editor: taryono
tribunmedan/array
Wadir Krimum Polda Sumut, AKBP Maruli Siahaan (kemeja biru muda) saat menginterogasi Bripka Ridha Fahmi, oknum polisi yang terlibat pembuatan SIM palsu, Kamis (28/9/2017) malam 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID,  MEDAN - Para tersangka sindikat pemproduksi dan penjual surat izin mengemudi (SIM) palsu berdalih karena keterdasakan masalah ekonomi sehingga melakukan kejahatan.

Selain Herman Pohan yang kesulitan keuangan menghidupi anak-anaknya, oknum anggota polisi Bripka Ridha Fahmi, pun mengalami perekonomian sulit.

"Karena ekonomi sulit makanya saya ikut ini. Anak saya ada lima orang yang mau saya berikan biaya hidup. Sedangkan gaji saya sudah ditahan Polda karena saya tidak pernah masuk," ujar Ridha saat ditemui di ruang pemeriksaan Ditreskrimum Polda Sumut, Senin (2/10/2017).

Bripka Ridha bercerita keluarganya mengalami hidup yang sangat rumit.

Kelima anaknya tidak ada yang tinggal bersamanya. Adapun istrinya meringkuk di Lapas Sibolga karena terlibat kasus penyalahgunaan narkoba.

Bahkan sang istri kedapatan berselingkuh dengan anggota polisi yang juga sudah ditangkap karena terlibat narkoba.

"Saya dan istri sudah lama pisah. Istri saya itu selingkuh dulu sama temanku sesama polisi. Saya yang meminta polisi yang menjadi selingkuhan istri saya itu ditangkap. Kasusnya narkoba," ujarnya.

Bripka Ridha bercerita, selama ini, gajinya sebagai polisi dihabiskan istrinya bersama selingkuhanya. Ia pun kesal dan melaporkan istri dan selingkuhannya ke polisi terkait kasus narkoba.

"Dulu, saya selalu kirim uang kepada anak melalui istri. Ternyata uang tersebut dihabiskanya sama selingkuhannya. Dulu itu sering kali dia minta uang untuk uang berobat anak, nyatanya untuk dihabiskan bersama selingkuhannya," ujarnya.

Bripka Ridha mempunyai lima orang anak. Anak sulung duduk dibangku SMA.

Tiga orang tinggal bersama martuanya di Sibolga, dan dua orang tinggal bersama ibunya di Medan.

Tiga orang anaknya yang tinggal di Sibolga ini tengah dia usahakan diambil, sehingga terpaksa tidak pernah masuk dinas.

"Karena mencari anak saya inilah, makanya saya tidak masuk‑masuk dan tidak mendapat gaji. Saya mencari anak saya ini. Belakangan saya tahu mereka tinggal di rumah mertua saya, dan saya baru tahu kalau anak saya itu diperlakukan sebagai pembantu, walaupun aku selalu kirim uang," ujarnya.

Saat ditanyakan apakah dia menyesal terlibat dalam kasus ini?

Bripka Ridha langsung sesenggukan dan mulai menyeka air mata yang sudah mulai bercucuran di wajahnya.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved