Miris, Pak Dar Punya Segudang Prestasi Tapi Malah Jadi Tukang Becak
Tukang becak ini berbeda dengan yang lain. Namanya Darmiyanto (82), ia biasa mangkal di Jalan Pemotongan dan Jalan Jenderal Sudirman Salatiga.
Menurut rencana pada pertengahan November 2017, Pak Dar akan mengikuti kejuaraan lari bertitel South American Masters Athletics Championships di Santiago, Chile.
Rencananya, ia akan turun mulai dari nomor jarak pendek, menengah, dan jarak jauh.
"Saya sudah dipanggil ke kantor KONI Salatiga untuk mempersiapkan lomba atletik veteran di Amerika Serikat (Selatan, red)," ujarnya.
Minim perhatian
Suami dari Pujiati ini berkisah, pertama kali menginjakkan kaki di Kota Salatiga sekitar tahun 1960. Pria asal Boyolali ini bekerja sebagai buruh serabutan.
Kota Salatiga yang berhawa sejuk membuatnya nyaman untuk menyalurkan hobinya berlari. Maka, sejak saat itu berlari adalah aktivitas sehari-hari di sela pekerjaannya sebagai buruh serabutan.
Pada 1968, Darmiyanto muda mulai menjajal kemampuan berlarinya dengan mengikuti berbagai lomba lari di pulau Jawa.
Kelas yang biasa diikuti Darmiyanto adalah jarak menengah dan maraton. Dalam setiap lomba yang diikutinya, Darmiyanto selalu masuk ke jajaran pelari yang meraih juara.
"Sering dapat juara 1 atau juara 2," jelasnya.
Berkat prestasinya itu, Pak Dar pernah dikirim ke Malaysia dan Singapura untuk mengikuti lomba lari. Di Singapura dia meraih juara 1 untuk jarak menengah, sedangkan di Malaysia ia menempati posisi kedua dalam lomba lari maraton.
"Seharusnya saya juara satu, tapi saya tersesat bingung, tidak ada yang menunjukkan jalan sehingga kesasar dan berbalik arah lagi. Tapi bersyukur bisa meraih juara dua," kisahnya.
Namun disayangkan, kendati berbagai prestasi dibidang olahraga atletik yang ia raih pernah mengharumkan nama Indonesia di luar negeri, nasib Darminto tidak berubah. Ia tidak mendapatkan perhatian pemerintah.
Dia tidak bisa mendapat pekerjaan yang layak, sehingga pada tahun 1970 Darmiyanto akhirnya memilih sebagai tukang becak.
Hingga usia senjanya, Pak Dar tetap mengayuh becak untuk menafkahi keluarganya. Tempat mangkalnya berada di jalan Pemotongan dan terkadang di Jalan Jenderal Sudirman.
"Pak Dar di sini tukang becak yang paling tua. Setiap hari dari rumahnya hinga sini lari, kalau Jumat libur," kata Siswanto (51), rekan Pak Dar yang mangkal di Jalan Pemotongan.