Kisah Gelap Predator Seks di Dunia Perfilman Hollywood

Marylin monroe bukan satu-satunya korban predator seks di dunia perfilman hollywood

Editor: wakos reza gautama
net
monroe 

Dan Monroe sepertinya bukan satu-satunya.

Aktris Joan Crawford, yang memulai kebintangannya pada 1920-an dengan menari telanjang, baru memulai kariernya setelah tidur dengan setiap laki-laki di MGM—kecuali Lassie, saingan terbesar Bette Davis.

joan crawford
joan crawford (net)

“Bahkan di puncak karier Crawford, rumor terus berlanjut mengenai bagaimana ibunya yang begitu ia benci memaksanya bekerja sebagai pelacur, membuat film biru yang mengantarnya ke puncak,” tulis ReelRundown.com.

Seperti Zanuck, pemimpin lama 20th Century Fox, cara penyimpangan yang lazim terjadi pada bisnis MGM juga datang langsung dari atas.

Menurut sebuah artikel yang baru-baru ini muncul di Telegraph Inggris, kepala studi MGM Louis B Mayer, kerap meneror para perempuan Hollywood jauh sebelum Harvey Weinsten melalukannya.

Masih dalam artikel yang sama disebutkan, Mayer pernah mengarahkan Judy Garland yang masih 16 tahun duduk di pangkuannya, lalu memeluk dadanya dari belakang sembari mengatakan, “Kau bernyanyi dari hati.”

Itu adalah anekdot paling menyeramkan yang pernah diingat oleh Garland dalam sebuah memoarnya.

Dan Shirley Temple yang masih 11 tahun pernah melihat penis milik produser MGM Arthur Freed yang memelorotkan celananya saat rapat.

Karena tertawa terbahak-bahak, Temple pun diusir dari ruangan.

Monroe termasuk salah satu selebritas Hollywood yang diduga pernah mendapatkan pelecehan seksual dari managemen MGM.

Pada 1950-an, pernah ada usaha berani untuk mengekspos kasus “sofa casting” ini ke publik.

Upaya ini diinisiasi oleh dua penulis majalah yang punya basis penggemar di Inggris.

louis b mayer
louis b mayer (net)

Mereka mengeluarkan laporan kasus itu dalam empat bagian yang disebut dengan “The Perils of Show Business”. Kisah mereka ini dipenuhi dengan sumber-sumber on-the-record yang sama yang akan membuat Weinstein menjadi tertuduh 60 tahun kemudian.

“Ini adalah cerita paling menyedihkan yang pernah kami tulis,” tulis mereka.

“Selama berminggu-minggu, kami melakukan penyelidikan—di atas meja makan siang, di studio, dan dari kedalaman kursi yang nyaman.

Halaman
123
Sumber: Intisari Online
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved