Liputan Khusus Tribun Lampung

Dijual Lebih Murah, Samsung Jepang Beredar di Lampung

Smartphone (ponsel pintar) bermerek Samsung Docomo dan Sony Docomo, kini mulai diminati sejumlah kalangan di Lampung.

Penulis: Noval Andriansyah | Editor: Ridwan Hardiansyah
TRIBUN LAMPUNG CETAK

Laporan Reporter Tribun Lampung Noval Andriansyah dan Romi Rinando

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Smartphone (ponsel pintar) bermerek Samsung Docomo dan Sony Docomo, kini mulai diminati sejumlah kalangan di Lampung.

Harga smartphone pabrikan Jepang ini lebih murah Rp 1,8 juta dari Samsung buatan Korea.

Samsung Docomo S5 misalnya, hanya dibanderol Rp 1,6 juta.

Sementara Samsung S5 buatan Korea harganya Rp 3,4 juta.

Seorang penjual smartphone Samsung Docomo dan Sony Docomo, Leti (bukan nama sebenarnya) mengaku, bisa menjual lima unit smartphone dalam satu bulan.

"Samsung Docomo lumayan laku. Sekarang stok barang Samsung Docomo lagi habis kalau sekarang, yang masih ada Sony Docomo. Tadinya, saya ada Samsung Docomo S5,” kata Leti, Jumat (6/10/2017).

Hal senada dikatakan Yeye. Ia menjelaskan, smartphone itu tetap ada peminatnya.

Yeye menjual Samsung Docomo dan Sony Docomo sejak enam bulan lalu.

"Jumlah penjualan relatif, tetapi selalu ada yang beli,” kata Yeye.

Pantauan Tribun Lampung, meski menyebut toko sebagian tempat para penjual smartphone Samsung Docomo dan Sony Docomo hanya berupa rumah tanpa pelang nama.

Meski, ada juga yang menjual di toko dengan pelang nama.

"Kami ada Docomo, tetapi hanya Sony Docomo, Samsung Docomo tidak ada,” ungkap seorang sales salah satu gerai smartphone di Bandar Lampung.

Para penjual Docomo asal Lampung juga banyak bermunculan secara online (daring).

Dalam satu situs jual beli online, setidaknya ada tiga sampai lima penjual yang berasal dari Lampung.

Begitu pula di media sosial, para penjual Docomo banyak melakukan promosi.

Seorang pemilik Sony Docomo, Endi mengaku membeli ponsel secara online setelah melakukan pencarian menggunakan mesin pencari di internet.

"Banyak kok penjualnya, bisa dicari di internet,” ujar Endi.

Sementara, pemilik Sony Docomo lainnya, Echa mengaku membeli secara langsung smartphone itu dengan penjual di Bandar Lampung.

Sebelumnya, Echa menemukan promosi penjualnya di media sosial.

"Di Bandar Lampung, ada penjualnya. Sepertinya sudah banyak juga. Memang masih sembunyi-sembunyi karena smartphone ini tidak masuk ke Indonesia secara resmi,” tutur Echa.

Harga Murah

Ketertarikan Endi dan Echa membeli smartphone bermerek dengen embel-embel Docomo karena harga murah tetapi memiliki spesifikasi serupa merek Samsung dan Sony global.

"Harganya jauh di bawah dari harga pasaran, namun spesifikasinya setara,” kata Echa.

Echa memilih Sony Docomo Experia Z2 Big seharga Rp 1.150.000 dengan garansi toko selama satu bulan.

Sementara, Endy mengaku membeli Sony Docomo Experia Z1 Compact seharga Rp 765 ribu sudah termasuk ongkos kirim.

Leti menerangkan, harga murah memang menjadi daya tarik konsumen membeli smartphone Docomo.

Baca: Kecepatan Jaringan 3G Masih Kalahkan 4G di Bandar Lampung, Ini Buktinya

"Meski lebih murah, spesifikasi Docomo sama dengan merek global. Jadi tidak ada bedanya. Cuma, kalau merek global ada garansi resmi, Docomo hanya garansi dari toko,” kata Leti.

Yeye menambahkan, harga Samsung Docomo S5 dijual seharga Rp 1,6 juta. Jika ada konsumen yang menawar, harga itu pun bisa turun sedikit menjadi Rp 1,5 juta.

Pantauan Tribun di situs jual beli online, harga smartphone Samsung dan Sony tanpa embel-embel Docomo masih lebih mahal.

Sony Experia Z1 Compact dibanderol Rp 2,99 juta.

Sementara, harga Sony Experia Z2 Big masih berkisar Rp 4,14 juta.

Adapun, harga Samsung S5 sebesar Rp 3,4 juta.

Penjualan smartphone Docomo, kata Yeye hanya berupa ponsel tanpa dilengkapi kardus, charger (catu daya), maupun aksesori lain, atau biasa dikenal dengan istilah jual batangan.

"Tetapi kalau mau pakai kardus, kami bisa sediakan," kata Yeye.

Menurut Leti, konsumen yang ingin membeli pakai kardus dikenakan biaya tambahan sampai Rp 200 ribu. Sementara, tambahan catu daya dikenakan Rp 100 ribu.

"Konsumen kadang beli tidak mau pakai kardus. Kalau mau pakai kardus, kami ambilkan dari distributor. Karena itu, ada tambahan biaya. Tetapi, garansinya tetap cuma garansi toko,” kata Leti.

Disdag Belum Tahu

Kepala Bidang Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (PKTN) Dinas Perdagangan Lampung Risma Yantina mengaku belum mengetahui peredaran smartphone Docomo di Lampung.

"Memang di mana itu penjualannya?” tanya Risma saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat.

Menurutnya, penjualan smartphone secara batangan tanpa disertai label tidak dibenarkan.

Penggunaan label pun harus dalam bahasa Indonesia, baik dalam petunjuk penggunaan maupun kartu jaminan atau garansi purnajual.

Pasal 2 Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 82/M-DAG/PER/12/2012 tentang Ketentuan Impor Telepon Seluler, Komputer Genggam, dan Komputer Tablet menyatakan bahwa ada dua kewajiban yang harus dipenuhi, yakni standar dan persyaratan pelabelan.

Sementara, pasal 1 angka 2 Permendag Nomor 31/M-DAG/PER/10/2011 tentang Barang dalam Keadaan Terbungkus menerangkan, label adalah keterangan mengenai barang yang disertakan pada barang, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, ditempatkan pada, atau merupakan bagian kemasan barang.

Label memuat informasi tentang barang dan keterangan pelaku usaha serta informasi lain sesuai peraturan perundang-undangan.

Sementara sanksi terhadap pelanggaran tersebut berupa pencabutan surat izin usaha perdagangan.

Untuk menangani peredaran ilegal smartphone Docomo, lanjut Risma, pihaknya selama ini telah melakukan pengawasan peredaran ponsel di tempat-tempat yang terintegrasi dengan pusat perbelanjaan.

"Untuk di sentra-sentra penjualan khusus ponsel memang belum. Karena, kami juga keterbatasan personel. Kami akan lakukan pengawasan khusus terkait hal itu,” ujar Risma.

Risma mengimbau kepada masyarakat agar membeli produk resmi untuk keamanan dan kenyamanan menggunakan produk.

“Mahal sedikit tetapi dapat yang resmi kan lebih baik,” ujarnya.

Klaim Bukan Rekondisi

Sementara, para penjual smartphone Docomo memastikan, walaupun dijual batangan, ponsel yang merupakan barang asli, bukan barang rekondisi atau barang bekas yang dibuat seolah-olah menjadi baru.

"Barang itu dari Singapura. Saya ambil dari distributor di daerah Pekanbaru, Riau,” ungkap Leti.

Meski begitu, Leti enggan menjelaskan cara untuk membuktikan keaslian barang tersebut.

Sementara, Yeye menerangkan, hal itu bisa dengan mengetes fungsi spesifikasi smartphone, apakah masih berjalan baik atau tidak.

Misalnya, Yeye mengungkapkan, Samsung Docomo S5 memiliki spesifikasi, antara lain kapasitas RAM 2/32, fingerprint, waterproof, dan teknologi jaringan 4G.

Tetapi, bahasa operasional masih bahasa Inggris, meski kemudian bisa “disuntik” dengan bahasa Indonesia.

Sebagai pembeli, Endi dan Echa pun mengaku sulit untuk memastikan barang yang dibeli adalah asli dan bukan rekondisi.

Meski begitu, keduanya meyakini barang yang dibeli asli setelah menggunakannya.

"Saya tidak tahu cara mengeceknya. Tetapi dari kecepatan multitasking-nya terasa beda. Dan sudah menggunakan prosesor terbaru, Snapdragon Adreno 806,” ujar Echa.

Sementara, Endi meyakini, smartphone Docomo yang dibeli asli hanya berbekal informasi dari internet.

Ia mengaku kerap melihat review (paparan) produk dari banyak pengguna smartphone Docomo di situs berbagi video YouTube.

Baca: Pasien Cuci Darah Melonjak 16 Ribu Kasus di Lampung

"Artinya sudah ada yang pakai. Meski saya tidak tahu kebenaran barangnya asli atau tidak. Namun setelah saya pakai, sejauh ini tidak ada masalah. Hanya saja memang tidak masuk ke Indonesia secara resmi,” ungkap Endi, yang telah menggunakan Sony Docomo sejak dua bulan lalu.

Berita ini telah diterbitkan di Koran Tribun Lampung berjudul "Samsung Jepang Lebih Murah Rp 2 Juta" pada Senin, 9 Oktober 2017.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved