Enam Kenangan Akan Mbah Maridjan yang Berpulang 7 Tahun Lalu

Hari ini, Kamis 26 Oktober 2017, letusan dahsyat Gunung Merapi yang menewaskan juru kunci Mbah Maridjan, sudah berlalu tujuh tahun.

Editor: Teguh Prasetyo
tribunnews
Mayat Mbah Maridjan sedang sujud yang ditemukan di kamar mandi rumahnya (tribunnews) 

Akibatnya, ia dan dua orang yang ingin menjemput tewas terkena awan panas.

Keesokan harinya saat dilakukan penyisiran, seorang anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, menemukan sesosok mayat yang sedang sujud di kamar mandi rumah mbah Maridjan.

Awalnya jenazah itu sulit dikenali karena kondisinya yang mengenaskan.

Namun setelah diperiksa lebih lanjut, ternyata benar ia adalah Mbah Maridjan.

3. Ini Sebutan Mbah Maridjan untuk Merapi Yang Meletus

Mbah Maridjan tak mau menggunakan istilah 'Merapi meletus' untuk gunung yang dijaganya itu.

Ia lebih memilih menggunakan kalimat 'eyang membangun kraton'.

Bila 'eyang' sedang punya hajat, maka warga di sekitar Merapi diminta untuk sabar dan tawakal.

4. Rumah Mbah Maridjan Dilindungi Geger Boyo

Rumah mbah Maridjan berada di balik tebing yang disebut Geger Boyo (punggung buaya).

Bila dilihat dari kejauhan, tebing itu mirip punggung buaya yang sedang mengarah ke atas.

Oleh warga sekitar, tebing itu diyakini melindungi rumah mbah Maridjan dari semburan awan panas.

Namun kenyataannya, rumah mbah Maridjan tetap saja tak aman dari terjangan awan panas di tahun 2010 lalu.

5. Mengelilingi Dukuh Kinahrejo Tiga Putaran Tiap Malam

Ketika Gunung Merapi hendak bergejolak, Mbah Maridjan memohon keselamatan dengan cara puasa mutih dan tirakat mengelilingi Kinahrejo, tiga putaran setiap malam.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved