Ada Mafia Ambulans di Balik Kematian Pasien, Sopir Wajib Setor ke Rumah Sakit
Ada Mafia Ambulans di Balik Kematian Pasien, Sopir Wajib Setor Rp 1,75 Juta ke Rumah Sakit
Putrinya baru saja meninggal setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Abdul Moeloek (RSUAM) Bandar Lampung.
Saat hendak mengusung jasat putrinya pulang ke rumah, sopir Ambulans rumah sakit memasang tarif kereta jenazah seharga Rp 2 juta. Delvasari warga Kotabumi, Lampung, terpaksa naik angkot karena tidak punya uang untuk membayar biaya ambulans rumah sakit.
Ya, kematian di rumah rakit sangat terkait-paut dengan mobil jenazah atau ambulans. Pasien yang hendak pindah, dirujuk perawatannya ke rumah sakit lain pun, biasanya diangkut menggunakan ambulans. Sayangnya ambulans di Medan, sangat jauh dari standard kelayakan.
"Di rumah sakit-rumah sakit negeri, saya kira belum ada yang bagus ambulansnya. Seharusnya setiap rumah sakit baik negeri maupun swasta harusnya memilik ambulans yang memenuhi standard internasioal. Minimal satu unit untuk bersiaga jika dibutuhkan menangani kasus yang darurat. Ambulansnya tidak hanya berstandard peralatan, tim medis yang menanganinya juga harus memenuhi standard penangan," ujar pengamat kesehatan Umar Zein SsPD.
Kebanyakan hanya alat angkut, mulai saat pasien dirujuk ataupun alat pengantar jenazah.
"Kita bisa lihat dari ambulans yang banyak berseliweran itu, seperti ambulan milik partai-partai itu. Fungsinya itu sebagai alat angkut saja. Peralatan di dalamnya tidak lengkap," ujar Umar.
Alat-alat yang harus dilengkapi antara lain, tabung oksigen, infus, alat untuk patah tulang, alat untuk menjahit luka, hingga pertolongan untuk korban yang mengalami luka bakar. Selain itu, petugas yang menangani harus memiliki kemampuan penanganan pra-hospital emergency.
Ambulans Milik Pribadi
Mobil ambulans dari berbagai merek yang didominasi minibus terparkir berjajar di pelataran parkir Instalasi Pemulasaran Jenazah dan Kedokteran Kehakiman RSUP Adam Malik dan Ruang Kemotoran dan Ambulance RSUP Adam Malik, Minggu (5/11).
Meski beroperasi di RSUP Adam Malik, tidak semua ambulans ini memiliki nomor polisi berwarna merah layaknya kendaraan milik pemerintah, melainkan ada ambulans ber nomor polisi berwarna hitam, yang merupakan kendaran milik pribadi.
Dari delapan unit yang terparkir rapi, terdapat lima ambulans yang nomor polisinya berwarna hitam. Satu orang supir ambulans yang nomor kendaraanya berwarna hitam tampak bersantai dengan duduk di kursi tunggu ruang Instalasi Pemulasaran Jenazah dan Kedokteran Kehakiman RSUP.
Empat sopir lainnya juga terlihat ada yang duduk didalam mobil ambulans seraya mendengarkan musik, dan ada juga supir yang terlihat terbaring malas-malasan di kursi yang ada di dalam ruangan Kemotoran dan Ambulance RSUP Adam Malik.
Sementara sopir ambulans yang nomor polisinya warna merah, ada dua orang sedang duduk dan bercengkrama di depan ruang Kemotoran dan Ambulance RSUP Adam Malik. Kedua orang ini berseragam hijau khas pegawai RSUP Adam Malik.
Di ruang Kemotoran dan Ambulance RSUP Adam Malik terdapat jadwal giliran ambulans yang akan berangkat, yang tertulis di papan tulis warna putih, yang berhadapan dengan pintu masuk ruangan. Dalam jadwal ini, mayoritas ambulans yang diberangkatkan adalah ambulans swasta.