Begini Penderitaan Satu Keluarga Menahan Sakit Bertahun-tahun karena Tak Punya Uang
Begini Penderitaan Satu Keluarga Menahan Sakit Bertahun-tahun karena Tak Punya Uang
Penulis: hanif mustafa | Editor: wakos reza gautama
Laporan Repoter Tribun Lampung Hanif Mustafa
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, LAMPUNGSELATAN - Tidak mampu berobat, satu keluarga menahan penyakit dan tidak ada upaya berobat.
Hingga satu anggota keluarga meninggal setelah menahan penyakit selama 9 tahun.
Baca: Satu Keluarga Sakit Bertahun-tahun Tak Pernah Berobat Karena Tidak Ada Uang, Akhirnya Tragis
Samsuddin, meninggal dunia saat dibawa ke rumah sakit.
Seorang pria warga RT 12 RW 05 Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan meninggal dunia lantaran sakit yang tidak terobati.
Kejadian ini terungkap saat relawan Komunitas Peduli Generasi Lampung hendak memberi bantuan kepada Indra yang mengalani tuna rungu, tuna netra dan tuna wicara bahkan tidak bisa berjalan.
Menurut Atika, salah satu relawan, saat tiba di lokasi, ada suara batuk-batuk dari dalam dan tidak lama ada suara benturan keras di tanah.
"Saya pikir Indra yang batuk batuk, ternyata ayahnya, kita datang sudah pingsan, langsung kita bawa ke puskesmas dulu," ujar Atika, Minggu 10 Desember 2017.
Namun pihak puskesmas tidak mampu memberikan pertolongan dan dirujuk ke rumah sakit.
Belum sampai rumah sakit, korban yang bernama Samsuddin (53) mengembuskan nafas terakhirnya.
"Ya ternyata tidak tertolong, usut punya usut ternyata dalam satu rumah itu, sakit semua, dan tidak ada yang berobat," kata Atika.
Masih kata dia, sakit yang dialami keluarga Samsudin sudah lama namun tidak dirasakan.
Marsinah (74), warga RT 12 RW 05 Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan, mengakui keluarganya tidak mampu berobat lantaran faktor ekonomi.
"Saya nggak punya biaya untuk bawa ke rumah sakit, untuk keperluan sehari-hari aja mengandalkan dari gaji pensiunan saya dari Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek, itu juga cuma Rp. 500 ribu, kadang ada juga ibu-ibu pengajian sini yang kasih bantuan," ujarnya saat ditemui di kediamannya, Minggu 10 Desember 2017.
Masih kata dia, selama ini ia hanya mampu berobat ke bidan terdekat. Marsinah tidak berani berobat ke rumah sakit karena ketakutan masalah biaya.
Baca: LIVE STREAMING Southampton Vs Arsenal - Catat Jamnya, Ternyata Sebentar Lagi Berlangsung
"Kami gak buat BPJS, karena masalah biaya dan saya juga nunggu dari lurah," imbuhnya.
Saat ini, Marsinah tinggal bersama dengan kedua anak almarhum Samsuddin yakni Wulan Sari (18) dan Indra (12).
Sayang Indra mengalami cacat lahir yang mana tuna rungu, tuna netra dan tuna wicara bahkan tidak bisa berjalan.
"Kalau ibu Wulan masih ada di Jakarta, sedangkan ibu dari Indra sudah meninggal dunia di Jakarta juga, tapi Indra mengalami cacat mental, dia hanya bisa tidur saja di kamar. Anak saya ini lama kerja di Jakarta dulunya, datang kesini sudah tiga tahun lalu," sebut dia.
Walau demikian, Marsinah mengatakan sekitar umur 10 tahun Indra sempat sudah dapat berjalan tapi dengan bantuan orang lain dan begitu juga dengan makan harus disuapin.
Baca: Anaknya Tertimpa Karangan Bunga di Lokasi Pernikahan, Sang Ayah Buat Rusuh Acungkan Golok
"Indra nggak pernah dibawa kerumah sakit, karena dia bukan sakit tapi memang begitu keadaannya," imbuhnya.
Dia menambahkan, pihak keluarga tidak terlalu banyak berharap bantuan dan belas kasih orang lain. Namun, dirinya berterimakasih atas bantuannya yang diberikan untuk mengurangi beban hidupnya.
"Kami bingung mau minta batuan karena, kami tidak terlalu berharap, tapi kalau ada yang kasih kami berterima kasih. Seperti sekarang ini kami dapat bantuan dari Komunitas Lampung Peduli," tutupnya.