La Nyalla Terang-terangan Mengaku Dipalak Prabowo Rp 40 Miliar, Inikah Motifnya
La Nyalla Terang-terangan Mengaku Dipalak Prabowo Rp 40 Miliar, Inikah Motifnya
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur La Nyalla Mahmud Mattalitti memutuskan untuk tidak lagi menjadi kader Partai Gerindra.
Dikutip dari Tribunnews.com, La Nyalla mencurahkan kekesalannya kepada Ketua Umum Prabowo Subianto yang meminta uang sebesar Rp 40 miliar.
La Nyalla tak memenuhinya, Prabowo kemudian disebut marah dan membatalkan pencalonan Nyalla.
La Nyalla mendapatkan surat mandat dari Prabowo pada 11 Desember lalu.
Surat mandat tersebut berlaku 10 hari dan berakhir pada 20 Desember.
Dalam surat nomor 12-0036/B/DPP-GERINDRA/ Pilkada/2017 itu dijelaskan bahwa nama La Nyalla sebagai cagub Jatim sedang diproses DPP Partai Gerindra.
Karena itu, selain diminta mencari mitra koalisi, La Nyalla juga diminta untuk menyiapkan kelengkapan pemenangan.
Baca: Digeruduk FPI, Satpam Kantor Facebook Indonesia Pakai Atribut Tak Biasa
Baca: Mengaku Diperas Prabowo Ternyata La Nyalla Tak Punya Bukti tapi Berani Sumpah Pocong
Baca: Video La Nyalla, Dimintai Uang Prabowo Rp 40 Miliar: Belum Apa-apa Kok Kita Sudah Diperas!
Salah satu kelengkapan pemenangan, ucap La Nyalla, ia sempat diminta uang Rp 40 miliar oleh Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Uang itu digunakan untuk saksi dalam Pilkada Jatim.
Permintaan itu dilakukan saat La Nyalla melangsungkan pertemuan dengan Prabowo di Hambalang, Bogor, Sabtu (10/12/2017), bertepatan dengan Gerindra mengumumkan Mayjen (Purn) Sudrajat sebagai calon gubernur Jawa Barat.
"Saya dimintai uang Rp 40 miliar. Uang saksi disuruh serahkan tanggal 20 Desember 2017, kalau tidak bisa saya tidak akan direkomendasi," ujar La Nyalla mengutip Tribunnews.com, Kamis (11/1/2018).
"Yang minta Bapak Prabowo kok," lanjut dia.
Menurut La Nyalla, ia belum menyanggupi menyerahkan uang itu. Dia pun dipanggil Prabowo ke rumahnya.
"Saya dipanggil 08 (Prabowo) kok dimaki-maki. Prabowo itu siapa? Saya bukan pegawainya dia, kok dia maki-maki saya," ujar La Nyalla.
La Nyalla tidak menyangka akan dimarahi Prabowo karena permasalahan uang Rp 40 miliar.
Ia merasa disia-siakan Prabowo.
Padahal, ia telah mendukung Prabowo dari 2009 saat masih menjadi calon wakil presiden.
Sementara itu, kepada Tempo La Nyalla mengaku tak punya bukti dirinya diperas oleh Prabowo, namun dia berani sumpah pocong.
Inikah Motifnya
Lalu apa motif La Nyalla terkait dengan pernyataan tersebut?
Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Cecep Hidayat mempertanyakan soal pengakuan La Nyalla tersebut.
Sebab, selama ini amat jarang ada seorang kandidat yang mau membuka secara gamblang soal mahar politik.
"Kenapa dibuka, blak-blakan ke publik? Toh masing-masing tahu sama tahu. Amat jarang seorang kandidat mau kasih tahu (mahar). Ada message apa? Dalam rangka apa (La Nyalla) ingin buka ke publik?" kata Cecep seperti dilaporkan CNNIndonesia.com, Jumat (12/1).
Cecep menduga, La Nyalla punya motif lain di balik blak-blakannya membuka mahar politik yang diminta Prabowo ini.
Salah satunya tak lepas dari elektabilitas Prabowo terkait Pilpres 2019.
"Pesannya bisa, wah Prabowo minta uang. Kan ini bisa menurunkan citra Prabowo. Pengungkapan ke publik ini bisa menurunkan elektabilitas Prabowo," ucapnya.
Klarifikasi Gerindra
Melalui media sosial, akun jejaring sosial Twitter milik Partai Gerindra, @Gerindra, ikut mengklarifikasi terkait pernyataa La Nyalla tentang Prabowo.
Akun Gerindra membantah adanya mahar di partai tersebut, apalagi terkait mahar politik seperti yang disebut-sebut La Nyalla.
Dalam cuitan tersebut, akun Gerindra pun mempersilakan La Nyalla mengonfirmasi langsung kepada sejumlah pejabat negara dan mantan pejabat.
Berikut kicauan akun Gerindra seperti dikutip TRIBUNNEWS pada Jumat (12/1/2018):
1. Tidak ada mahar di @Gerindra. Apalagi mahar politik. Silakan konfirmasi langsung kepada pak @jokowi, @basuki_btp, @ridwankamil, @aniesbaswedan, dan @sandiuno yang pernah kami dukung dan berhasil menjadi kepala daerah.
2. Bukan hanya La Nyalla kader @Gerindra yang gagal maju menjadi cagub pilihan pak @prabowo. Masih ada @FerryJuliantono dan @GusIrawanPsb. Dengan jiwa ksatria, pejuang politik @Gerindra menerima dan percaya akan keputusan partai dan pimpinan partai.
3. Kita telah memberikan kesempatan & peluang kepada yg bersangkutan untuk mengikuti konstelasi pilkada Jatim. Akan tetapi, seperti yg kita semua ketahui yang bersangkutan tidak mampu membangun koalisi & mencari pasangan wakilnya.
4. Karena secara realistis, @Gerindra tidak sanggup mengusung cagub di Jatim tanpa berkoalisi dengan partai lain.
5. Tugas partai tersebut bukan hanya ditujukan kepada La Nyalla, akan tetapi cagub pilihan pak @prabowo lainnya. Contoh, @sudirmansaid, beliau dibebaskan untuk mencari koalisi hingga akhirnya mendapatkan pasangan wakilnya.
6. Kita tahu juga, Mulyadi, ketua DPD @Gerindra Jabar, yang tidak mendapatkan rekom dari partai dan pak @prabowo, karena partai dan pak @prabowo lebih memilih pak @MayjenSudrajat. Dan pak @MayjenSudrajat pun mampu meraih koalisi.
7. Kiranya kepada kader-kader tersebut, kami sangat mengapresiasi atas jiwa besar dan ksatria mereka dalam menerima keputusan partai dan pimpinan partai. Dan akan tetap berjuang bersama hingga titik darah penghabisan.
8. Karena apa yang mereka lakukan sudahlah sesuai dengan ikrar kader partai @gerindra, ‘Tunduk dan patuh kepada ideologi dan disiplin partai serta menjaga kehormatan, martabat, dan kekompakan partai’.
9. Jadi, publik bisa menilai sendiri, mana kader sejati dan pejuang politik @Gerindra. Dan mana yang tidak tulus berjuang bersama @Gerindra dan pak @prabowo, karena memanfaatkan politik hanya untuk tujuan ambisi kekuasaannya saja.