Buat Miniatur Gajah, Dre Harap Bisa Jadi Usaha Lanjutan
Kalau kerajinan tangan ini, memang saya benar-benar mau belajar. Siapa tahu, setelah saya keluar dari sini (LPKA), bisa meneruskan jadi usaha
Penulis: Noval Andriansyah | Editor: Reny Fitriani
Modal Rp 300 Ribu
Auda memaparkan, untuk membuat 8 sampai 10 buah souvenir miniatur gajah, membutuhkan satu 1 balok kayu dengan panjang sekitar 1 meter. Bahan yang digunakan, terus Auda, adalah kayu jati belanda.
“Kami beli dari Lampung juga. Sekali beli, kami habis Rp 300 ribu untuk 10 balok kayu. Paling cepat habisnya 1 bulan lah. Tapi tidak semua balok kayu yang didapat mulus. Tetapi memang rata-rata bisa menghasilkan sampai 10 buah souvenir,” jelas Auda seraya mengatakan pengajar yang didatangkan dari Bandar Lampung.
Sejauh ini, kata Auda, memang souvenir miniatur tersebut belum dipasarkan secara luas. Baru sebatas kepada karyawan dan pengunjung yang datang ke LPKA. “Memang belum kami pasarkan luas. Kesulitan kami memang dipemasarannya. Oleh karena itu, kami berharap ada pihak-pihak yang bisa membantu terkait pemasarannya,” tutur Auda.
“Tetapi, namanya anak-anak ya. Kalau mereka hanya sekadar bekerja saja, kan kasihan. Anggap saja mereka anak kita. Makanya untuk menambah motivasi mereka, saya dan teman-teman yang lain bilang, ke anak-anak. Kami beli satu souvenir itu seharga Rp 10 ribu. Nanti duitnya sebagian dimasukkan ke kas mereka dan sisanya untuk mereka jajan di kantin,” imbuh Auda.
40 Persen Kasus Susila
Kasi Registrasi dan Klasifikasi, Irwadi menambahkan, LPKA Klas II Lampung sebelumnya bernama Lapas Anak Klas III Bandar Lampung. Sejak 2015 lalu, menurut Irwadi, perubahan nomenklatur membuat nama lapas anak juga berubah menjadi LPKA.
“Warga binaan di sini sekitar 40 persennya tersangkut kasus susila. Di sini (LPKA) menerima tahanan baru dan operan dari UPT luar Bandar Lampung. Rata-rata hukuman anak-anak ini 5 tahun ke atas. Bahkan banyak juga yang sampai hukuman maksimal, yakni 10 tahun,” kata Irwadi.
Kepala LPKA Klas II Lampung, Sugandi juga berharap karya anak LPKA dapat mewakili Lampung menembus pasar-pasar domestik di Lampung.
“Ya harapannya juga bisa masuk pasar besar di luar Lampung. Tentunya, pemasarannya tidak akan mungkin berhasil tanpa bantuan pihak ketiga baik itu instansi pemerintah ataupun swasta. Agar dikenal masyarakat, karya anak-anak ini perlu dipamerkan dan dipromosikan. Untuk itu kami sangat mengharapkan dukungan dari pihak ketiga,” tandas Sugandi.
(noval andriansyah)