Pengamen Angklung Bikin Pengendara Betah Lama-lama di Lampu Merah, Simak Kisahnya

Aksi mereka menjadi daya tarik tersendiri bagi pengendara yang berhenti ketika lampu lalu lintas berwarna merah.

Penulis: andreas heru jatmiko | Editor: nashrullah
tribun lampung/andreas heru jatmiko
Aksi Pengamen Angklung di Lampu Lalu Lintas Jalan Cut Mutia, Telukbetung, Bandar Lampung. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Ada pemandangan berbeda ketika pengendara melintas di Jalan Cut Mutia, Telukbetung, Bandar Lampung.

Tepat di persimpangan lampu lalu lintas, empat pria menghibur pengendara yang berhenti menunggu lampu lalu lintas berwarna hijau.

Baca: Prodi Manajemen dan Farmasi Favorit di Lampung, Peminatnya Ribuan Orang

Ya mereka lah seniman jalanan angklung yang mengamen di traffic light.

Sekelompok pria nampak mahir memainkan alat musik masing-masing.

Ada yang bermain angklung, mini drum, gendang bedug, dan gedang bas.

Baca: Yusuf Kohar Ingin Tunda Pembangunan Rumah Dinas, Ketua DPRD Malah Bingung

Hebatnya, musik yang dihasilkan dari alat tersebut tidak fals.

Bahkan aksi mereka menjadi daya tarik tersendiri bagi pengendara yang berhenti ketika lampu lalu lintas berwarna merah.

Alat musik mereka pun terbilang unik.

Baca: Mantan Napi Pemilik 100 Gram Sabu dan 7.300 Pil Ekstasi Pura-pura Bego di Depan Hakim

Ada angklung dua tingkat atau dua oktaf, mini drum, bedug yang dibuat dari kaleng yang disambung.

Sementara bedug bass dibuat dari drum air berbahan fiber.

Bedug drum dan bass di bagian atasnya ditutup dengan ban dalam mobil.

Masing-masing terdiri dari minimal lima lapisan.

Baca: Tidak Terima Ibunya Dituduh Maling Cangkul, Pemuda Bacok Tetangga Pakai Samurai

Tujuannya tentu agar suara yang dihasilkan sesuai nada yang diinginkan.

Adapun personelnya terdiri dari Pantom (35) bermain angklung, Dandi (19) bermian drum, Andi (35) bermian Bedug, Didi (27) bermain Bedug Bass, Evan (25) Kentongan, dan vokalis Andi (22) bermain Kecrek dan Ujang (33) memainkan gambang.

Leader Anugrah Angklung, Pantom mengatakan, sudah sejak 2015 mereka menggeluti alat musik angklung.

Baca: Buruan Daftar! Masih Ada Kesempatan 2 Bulan untuk Registrasi Sim Card Prabayar

Ia menceritakan, semuanya mereka pelajari secara otodidak.

"Saya sendiri dari tahun 2015 bermain angklung. Semua belajar sendiri dan tidak ada yang mengajari saya. Mulai dari kenal nada sampai belajar tempo dan yang lain pokoknya sendiri," ujar Pantom ketika ditemui, Rabu (28/2/2018).
Pantom menceritakan, saat itu tidak kenal internet apalagi YouTube dan lainnya.

Baca: Bawaslu Lampung Selidiki Dugaan Bagi-bagi Sembako sampai Pengajian, Soal Susu Disebut Sumir

Sebagai tahap awal hanya mendengarkan sebuah lagu selanjutnya mencocokan nada tersebut dengan nada angklung.

"Jadi pakai jari pertamanya tapi kan sakit, terus pakai potongan sendal jepit. Awalnya ya dengar lagu terus disamakana nada, melodi angklung. Terus ya dicari sampai selesai, sampai diulang-ulang terus, sampai jadi pokoknya," ujar Pantom.

Pantom menambahkan, mempelajari alat musik angklung sekitar satu bulan.

Baca: Massa Calon Gubernur Serang dan Rusak Kantor KPU Tulangbawang

Dalam satu hari belajar sekitar empat hingga lima jam.

Sementara dalam satu bulan setelah lancar mampu memainkan lagu sekitar lima atau enam lagu.

Sementara hal tersulit ia mengatakan yaitu memadukan antara angklung dengan alat musik yang lain serta membangun chemistry antara pemain alat musik.

"Tapi kami kan ini saudara semua jadi pas kumpul kadang ngobrol dan latihan di rumah sembari minum kopi," ujar warga Gudang Lelang, Telukbetung Selatan itu.

Baca: Mantan Napi Pemilik 100 Gram Sabu dan 7.300 Pil Ekstasi Pura-pura Bego di Depan Hakim

Anggota Anugerah Angklung lainnya, Evan mengatakan, alat musik tersebut sengaja dipesan dari Bandung, khususnya yang angklung.

Sementara alat musik yang lain dibuat dan dikreasikan sendiri.

Rata-rata lagu yang mereka nyanyikan adalah lagu dangdut atau dangdut koplo, seperti Perahu Layar, Keramat.

Baca: Tidak Terima Ibunya Dituduh Maling Cangkul, Pemuda Bacok Tetangga Pakai Samurai

"Sementara untuk lagu yang nggak bisa dimainkan angklung jelas lagu aliran jazz. Pernah mainkan tapi tempo dan lainnya nggak ketemu, " kata Evan.

Evan menceritakan, jika hujan jelas tidak bisa bermain, cuaca panas pengendara juga tidak mau memberi.

"Kalau hujan jelas nggak main atau yang kasih sedikit, kalau panas banget juga orang nggak mau kasih, karena kebanyakan yang kasih uang yang naik mobil. Kalau penghasilan rata-rata, ramai sekitar Rp 700 ribu kalau sepi ya Rp 300 ribu per hari, nanti dibagi rata," kata Evan.

Baca: Prodi Manajemen dan Farmasi Favorit di Lampung, Peminatnya Ribuan Orang

Evan menuturkan, setiap hari mereka bermain angklung di dekat lampu merah Jalan Cut Mutia, mulai pukul 09.00 hingga 16.00 WIB.

"Lagu itu kuncinya di angklung dan drum. Kalau nada angklung salah atau flas jangan berhenti tapi lanjut aja ditutup drum dan bedug. Makanya feeling dan chemistry harus jalan. Sambil main sembari latihan lagu baru. Untuk tarif jika diminta main per jam Rp 500 ribu, tapi kalau satu hari Rp 3,5 juta," tutup Evan.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved