Marbot Uyu Merekayasa Penyerangan Dirinya Sendiri, Motifnya Dibongkar Polisi

Marbot Uyu Merekayasa Penyerangan Dirinya Sendiri, Motifnya Dibongkar Polisi

Editor: taryono
Tribunjabar/Mega Nugraha
Uyu Ruhyana mempraktikkan cara mengikat diri sendiri di Mapolda Jabar 

Laporan Wartawan TribunJabar, Mega Nugraha

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDUNG - Merekayasa kasus penyerangan terhadap dirinya.

Itulah yang dilakukan Uyu Ruhiyana (56), seorang pengurus sebuah rumah ibadah di kawasan Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Ia semula mengaku diserang dan disekap oleh sekelompok pria bersenjata tajam.

Saat ditemukan pada Rabu (28/2) dini hari, Uyu dalam kondisi terikat kaki dan tangannya, sedangkan mulutnya tertutup kain.

Tak pelak periustiwa palsu itu kemudian menyebar ke mana-mana sehingga meresahkan masyarakat, apalagi di media sosial dibumbui isu mengenai kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Baca: Fakta Menarik Pelantikan Heru Winarko sebagai Kepala BNN, Fadli Zon Pipinya Dicubit OSO

"Saya merekayasa peristiwa itu. Anak saya bercita cita punya mesin babad (rumput) tapi saya tidak punya uang untuk beli. Saya cuma dibayar tiap sebulan Rp 125 ribu untuk bersih bersih. Sampai akhirnya saya berpikiran kotor," ujar Uyu di Polda Jabar, Bandung, Kamis (1/3/2018).

Pengakuan mengejutkan itu disampaikan di depan Kapolda Jabar Irjen Pol Agung Budi Maryoto, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jabar dan pimpinan Dewan Mesjid Indonesia.

Semua itu berawal ketika Uyu sulit tidur seusai salat isya, Selasa (27/2) lalu.

Saat itu kawasan pantai selatan Garut itu sedang turun hujan dan suasana sepi.

Uyu gundah memikirkan anaknya sehingga tak bisa memejamkan mata hingga pukul 02.00 WIB.

Ia memikirkan cara mencari uang untuk membeli mesin pemotong rumput.

Baca: Belum Banyak Diketahui Orang! Dengan Cairan Ini Bisa Hilangkan Bau Petai dan Jengkol

Hingga akhirnya, sekira pukul 04.00, sebelum azan subuh berkumandang, ia tergerak melakukan rekayasa.

"Pada sekira pukul 04.00 saya merekayasa kejadian itu, seolah-olah ada yang menganiaya padahal itu rekayasa saya sendiri," ujar Uyu.

Ia berharap setelah kejadian itu mendapat belas kasihan dari orang lain yang memberinya uang.

"Terjerat masalah ekonomi untuk kekurangan kebutuhan keluarga. Berharap ada yang pinjami saya uang dan ada yang memberi. Saya belum dapat uang sepeserpun," kata Uyu.

Uyu mengaku ide tersebut berasal dari dirinya sendiri, tidak ada yang menyuruh atau mengajari.

"Semuanya ide saya sendiri. Berasal dari otak kotor saya. Saya khilaf. Saya salah melakukan pelanggaran yang dilarang pemerintah dan agama," ujar Uyu.

Belum yakin
Saat ditanya dari mana ia mendapat ide seolah-olah dianiaya oleh orang tak dikenal, di tengah maraknya berita palsu soal penyerangan terhadap tokoh agama, Uyu mengaku tidak pernah mengikuti pemberitaan dan media sosial.

"Nggak, saya nggak punya televisi. Hanya tahu dari obrolan obrolan orang saja," ujar Uyu.

Sehari hari, ia tinggal di tempat ibadah, bertugas menjaga kebersihan sejak lima tahun terakhir.

Dalam kesempatan itu Uyu mempraktikkan bagaimana ia melakukan rekayasa. Pertama Uyu menggunting bagian atas pecinya menggunakan gunting rumput.

Kemudian ia juga menggunting baju putihnya sehingga seolah-olah terkena sabetan pedang.

Selain menjatuhkan kursi, ia juga mampu mengikat kaki dan tangannya sendiri menggunakan kain mukena. Mulutnya dibekap menggunakan kain.

"Banyak orang tidak percaya, mana mungkin bisa mengikat diri sendiri. Padahal bisa, ini saya praktikkan," kata Uyu.

Kebohongan Uyu terkuak ketika polisi melihat ada kejanggalan, yaitu tidak ada luka sama sekali dan tidak ada saksi yang mendengar ada keributan di tempat ibadah itu. 

Tak pelak, Uyu dijaring sebagai tersangka, tuduhannya memberikan laporan palsu, sebagaimana diatur dalam pasal 242 ayat 1 dan 3 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).

"Ancaman hukumannya maksimal tujuh tahun penjara," ujar Kapolda Jabar Irjen Pol Agung Budi Maryoto.

Ketua MUI Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Hasan Basyari, mengaku masih tidak percaya pada pengakuan Uyu Ruhyana kepada polisi.

Menurut Hasan mengatakan, Uyu tidak mungkin melakukan perbuatan tersebut hanya untuk menarik perhatian perhatian masyarakat akibat masalah ekonomi.

"Tidak mungkin Mang Uyu melakukan rekayasa yang beriesiko besar tersebut," kata Hasan.

Menurutnya, kalau benar terbelit permasalahan ekonomi, mengapa tidak meminta secara baik baik kepada Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Agung Pameungpeuk.

"Padahal datang saja untuk meminta upah yang lebih tinggi," katanya.

Sumber: Tribunnews
Tags
Hoax
Marbot
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved