Muslim Cyber Army Bermotif Politik dan Ingin Kudeta Pemerintah, Siapa Dalangnya?
Dari hasil penyelidikan polisi motif yang dilakukan kelompok MCA adalah agar bisa menjegal pemerintahan yang sah melalui sosial media.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAKARTA - Polisi menyebut hoaks penyerangan ulama bermotif politik dan dilakukan kelompok Muslim Cyber Army (MCA) bersama eks kelompok Saracen.
Motif ini diketahui setelah polisi mendalami kasus hoaks penyerangan ulama melalui media sosial.
Baca: Sudah Dihukum Kasus Lain, Hakim Justru Ringankan Vonis Terdakwa Pemilik Sabu
Dari hasil penyelidikan polisi motif yang dilakukan kelompok MCA adalah agar bisa menjegal pemerintahan yang sah melalui sosial media.
Apalagi penyebaran hoaks ini dilakukan memasuki tahun politik menjelang Pilkada Serentak dan pemilihan presiden.
Dengan memanfaatkan keresahan masyarakat dan ulama mereka hendak memicu konflik sosial yang lebih besar.
Baca: Pembunuh Ibu Kandung Gila Atau Pura-pura Gila, Ini Cara Membedakannya Menurut Psikolog
"Apa yang dilakukan oleh kelompok ini (MCA dan Eks Saracen) motifnya adalah motif politik," kata Kasatgas Nusantara Irjen Pol Gatot Eddy Pramono, Senin (5/3/2018).
Staf Ahli Kapolri Bidang Sosial Ekonomi itu menemukan motif itu melalui pendalaman di lapangan dan melalui media sosial.
"(Isu hoaks) menimbulkan keresahan masyarakat, ulama, dan timbul ketakutan serta timbul konflik sosial yang besar," kata Gatot.
Baca: Sadis! Anak Bunuh Ibu Kandung Cuma Gara-gara Nasihatnya Tak Digubris
"Bahwa kemudian masyarakat akan berpikir jika pemerintah tidak bisa mengelola negara dan konflik yang lebih besar akan terjadi. (Ini berpotensi) memecah belah bangsa," tambah Gatot.
Ia menyebut, selama kurun bulan Februari, timnya menemukan 45 peristiwa terkait isu penyerangan terhadap ulama.
Namun, hanya tiga peristiwa yang benar-benar terjadi, dan 42 sisanya hanyalah isu hoaks semata.
Baca: Begini Nasib Bendahara dan Staf yang Bantu Mantan Kepsek Perkaya Diri Sendiri
"(Peristiwa) yang betul-betul terjadi hanya tiga. Ada dua di Jabar dan satu di Jatim. Di Jabar yaitu penyerangan Kiai Haji Umar di Cicalengka, kemudian korban meninggal di Cigondewa yaitu Ustaz Prawoto, serta kejadian di Lamongan, Jatim," ujar Gatot.
Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Brigjen Pol Fadil Imran mengatakan, Polri telah berhasil menemukan koneksi atau garis merah antara kelompok MCA dan Saracen.
Baca: Subuh-subuh Mau ke Liwa, Truk Boks Malah Terguling di Dekat Flyover MBK
Fadil mengungkap jika para pelaku penyebar hoaks terkait penyerangan ulama yang ditangkap di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur terhubung satu sama lain.
"Dari upaya penindakan, kami lakukan analisis sampai penyerangan ulama. Dari klaster Jatim, Jabar, Banten, terlihat bahwa pelakunya ini terhubung satu sama lain. Pelaku-pelaku yang tergabung dalam MCA juga tergabung dengan klaster X, yaitu eks kelompok Saracen," ujar Fadil.
Baca: Pohon Canadian Hemlock Berusia 227 yang Ditanam George Washington Roboh
Kasubsit I Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, Kombes Pol Irwan Anwar mengatakan telah menangkap 14 orang yang tergabung dalam grup WhatsApp 'The Family MCA' sepanjang tahun 2018.
Irwan menjelaskan sekitar 8 orang ditangkap oleh polisi pada awal 2018.
Sementara 6 lainnya baru ditangkap pada Senin (26/2) silam.
Enam anggota grup WhatsApp 'The Family MCA', yang ditangkap pada Senin, terciduk di sejumlah kota berbeda.(*)