Ojek Online: Mulai Tarif Tak Manusiawi hingga Pakai Jasa 'Tuyul'
"Kami mau supaya tarifnya dinaikin, sekarang tarifnya sudah enggak manusiawi, Bang," ujar Adi salah satu pengemudi ojek online dari aplikasi GrabBike.
Seperti biasa, para perusahaan trasportasi online tidak berkomentar. "Kalau ada update informasi bakal kami kabari," kata Rindu Ragillia PR Manager GoJek Indonesia.
Begitu pula pihak Uber serta Grab Indonesia. "Kami tidak memiliki statement apapun terkait hal ini," kada Dian Safiri Humas Uber Indonesia.
Pakai tuyul, ojek online hanya ongkang kaki
Kasubdit Ranmor Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Antonius Agus Rahmanto mengatakan, para pengguna aplikasi pembuat order fiktif ojek maupun taksi online atau kerap disebut tuyul memiliki perkumpulan.
Baca: Misteri Penyakit Chef Harada Hingga Berujung Kematian, Perut Sang Chef Sempat Kembung Dua Hari
Baca: Siti Nurhaliza Lahirkan Anak Pertama Perempuan, Ternyata Selama Hamil Ngidam Makanan Ini
"Saya tidak dapat mengatakan ini jaringan yang terorganisir. Karena mereka tidak punya susunan organisasi. Tapi mereka berkomunitas," ujar Agus saat ditemui di kantornya, Kamis (1/2).
Hal ini dibenarkan seorang tahanan kasus order fiktif ojek online berinisial FA. Dia bahkan mengaku menyewa sebuah rumah kontrakan di Jalan Aries Utama, Meruya Utara, Kembangan, Jakarta Barat.
"Kami sewa kontrakan 6 bulan, biayanya Rp 20 juta. Kami bayarnya iuran saja, seikhlasnya. Kami ada 10 orang di sana," ujar FA kepada Kompas.com.
Menurut FA, tak ada yang mengkoordinir hingga terbentuk perkumpulan ini. Menurutnya, perkumpulan para mitra ojek online ini terbentuk begitu saja atas dasar kesamaan nasib.
"Di sana kami iuran seiklasnya untuk beli HP (ponsel) juga. Ada 170 ponsel yang kami pakai bergantian biar pelanggannya tidak terkesan selalu sama. Kami kumpul-kumpul aja di sana (kontrakan)," tuturnya.
Tak hanya untuk menyewa rumah dan membeli ponsel, sejumlah mitra ojek online pun mengumpulkan iuran untuk biaya oprek ponsel agar dapat digunakan untuk membuat order fiktif online.
"Sekali oprek kan Rp 100.000. Satu HP enggak pasti sebulan sekali dioprek, kami iuran sukarela," ujarnya.
Agus melanjutkan, terungkapnya komunitas tuyul ojek online ini berawal dari laporan Grab sebagai salah satu perusahaan penyedia aplikasi ojek online.
Menurut Grab, belakangan ini pihaknya sering menemui mitranya yang memiliki peringkat sempurna dalam aplikasi. Grab mengatakan, keadaan ini sangat tak wajar. Karena untuk mendapatkan peringkat sempurna, seorang mitra tak boleh sedikit pun melakukan kesalahan. Padahal, menurut Grab kesalahan teknis pasti terjadi saat berada di lapangan.