Wakapolres Penembak Adik Ipar Masih Linglung, Korban Sempat Ungkap Firasat Mau Mati

Jumingan yang melihat kejadian itu berupaya mengingatkan Fahrizal namun justru dia mendapat tembakan hingga enam kali.

Editor: nashrullah
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi pistol 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, MEDAN - Wakapolres Lombok Tengah Komisaris Polisi Fahrizal (41) membikin gempar karena menambak mati adik iparnya.

Namun hingga hari kedua setelah peristiwa berdarah itu, Fahrizal masih dalam kondisi linglung sehingga penyidik kesulitan mengorek keterangan dari tersangka.

Baca: Direktur Penyidikan KPK Melawan Lagi, Kini Sebut Saksi Kunci e-KTP Tak Pernah Diperiksa, Benarkah?

Baca: Terdakwa Pembunuhan Debt Collector Dituntut 15 Tahun, Kuasa Hukum Nilai Jaksa Tak Konsisten

Baca: Jaksa Cantik Kejati Lampung Ini Buang Jenuh dengan Memasak

"Motifnya belum tahu, karena sampai saat ini tersangka belum diperiksa karena masih linglung," kata Kabid Humas Polda Sumatera Utara, Kombes Rina Sari Ginting, Jumat (6/4/2018).

Fahrizal menembak adik iparnya, Jumingan (33), pada Rabu (4/4/2018) malam di rumah ibu kandungnya, Jl Tirtosari, Gang Keluarga No 14, Kelurahan Bantan, Kota Medan.

Pada saat itu Fahrizal datang ke kota kelahirannya untuk menjenguk sang ibu, Kartini (60), yang baru sembuh dari sakit.

Awalnya Fahrizal dan Kartini berbincang biasa saja.

Namun kemudian perwira menengah (pamen) itu menodongkan revolver ke arah Kartini.

Jumingan yang melihat kejadian itu berupaya mengingatkan Fahrizal namun justru dia mendapat tembakan hingga enam kali.

Kombes Rina menambahkan, penyidik sudah melakukan pemeriksaan terhadap empat orang saksi.

Seluruh saksi merupakan keluarga Fahrizal.

Baca: Pencuri Jaman Now, Sudah Ambil Motor Lalu Marahi Korban Tapi Saat Dikejar Buang Tembakan

"Untuk prarekontruksi belum tahu kapan," ujar Rina.

Polda Sumatera Utara juga menghadirkan dokter forensik kejiwaan untuk terus memantau kondisi Fahrizal.

"Hasilnya nanti akan diserahkan ke penyidik. Tapi kami mohon maaf belum bisa mempublikasikan hasil pemeriksaan dari dokter forensik kejiwaan," ujarnya.

Menurut Rina, penembakan yang dilakukan Fahrizal diduga karena rasa marah.

"Tapi belum bisa kami pastikan karena harus didukung oleh fakta," ujarnya.

Baca: Jadikan Ahli Dancer Juri Tari Tradisional, Orangtua Murid dan Pegiat Seni Somasi Dinas Pendidikan

Seorang ibu-ibu warga sekitar, bernama Ulin, mengungkapkan Jumingan dikenal sebagai sosok yang baik dan tidak pernah bermasalah dengan tetangga.

Jumingan juga dikenal aktif dalam pengajian bapak-bapak.

"Korban itu aktif dalam kegiatan wiridan. Hampir setiap minggu selalu ikut wiridan," katanya.

Sebelum tewas ditembak, Jumingan sudah memberikan sinyal tidak akan lama lagi berada di dunia.

Baca: Viral! Pencuri Ternak Taruh Anak Sapi di Dalam Sedan Mewah Setengah Miliar

"Malam Jumat ini aku nggak datang wirid ya, kalian saja yang datang ke rumahku," kata Ulin menirukan perkataan Jumingan sebelum meninggal.

Ternyata perkataannya benar.

Sehari kemudian ia tewas diterjang enam proyektil yang ditembakkan dari jarak dekat.

Jumingan meninggalkan sang istri, Henny dan seorang anak lelaki berusia 2 tahun.(*)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved