Tukang Warung Jalanan Ini Saksi Saktinya Soeharto, Tunjuk Langit Tak Semenit Hujan Turun
Pada 1984, Hj Baiq Hartini membuka warung kecil di Kuta, Bali.Perempuan kelahiran Lombok 1956 itu berjualan ayam Taliwang
Tak masuk akal memang, menghubungkan hal itu dengan karier seorang presiden.
Namun, langkah politik Soeharto, setelah kepergian istrinya, sungguh di luar kendali.
Cara melibas lawan politiknya terkesan vulgar dan transparan.
Padahal sebelumnya, Soeharto dikenal pandai mengendalikan diri.
Senyumnya menyembunyikan isi hatinya.
Sebagai lelaki Jawa kebanyakan, ia berusaha menyerap budaya leluhurnya, menjadikannya pegangan dan pedoman hidup.
Puasa Senin Kamis, ia lakoni sedari muda.
Kaweruh jiwo dari Ki Ageng Suryomentaram acap ia jadikan jargon.
Bahkan, ia mengidolakan tokoh wayang yang mewakili rakyat jelata namun disegani para ksatria dan dewa, yakni Semar.
Lihat, caranya menamakan surat sakti Supersemar.
Begitu pun, senyum mesemnya, yang mengingatkan pada pusaka Semar Mesem.
Bicara soal pusaka, seperti juga seluruh raja Jawa, yang memanfaatkan aura pusaka untuk melindungi kekuasaannya secara gaib, Soeharto pun begitu.
Adolf Hitler sekalipun, juga menyimpan Tombak Suci milik prajurit Romawi, yang ditusukkan ke tubuh Yesus dan Mangkuk Suci yang digunakan Yesus meminum anggur pada Perjamuan Terakhir.
Keduanya diyakini memiliki kekuatan gaib untuk mengawal ambisinya menguasai dunia.
Konon sekitar 2.000 pusaka dimiliki Soeharto, di antaranya keris Keluk Kemukus yang membuat pemiliknya bisa menghilang.
Malah, ia memboyong pula topeng Gajah Mada dari Bali, gong keramat dan sejumlah keris pusaka Keraton Surakarta, yang terpaksa dikembalikan karena Surakarta dilanda banjir bandang.
Seolah tak mau kalah dari Ronald Reagan, yang didampingi para dukun, Soeharto pun menghimpun sekitar 200 paranormal, untuk membentengi kekuasaannya.
Kesemuanya memberi nasihat spiritual dan peneropongan gaib.
Yakin dirinya dilingkari kekuatan gaib, pada Maret 1995, selaku Ketua Gerakan Non-Blok Soeharto berani datang ke Bosnia Herzegovina, yang waktu itu dilanda perang saudara.
Tak urung, setelah dua jam berada di Sarajevo, saat mau pulang, sebuah rudal meledak di luar landas pacu bandara.
Apakah itu ditujukan untuknya, lalu ditangkis secara gaib, wallahu alam.
(Kompas.com)