Selain Jaga Warisan Budaya, Anak Muda Lampung Menari Tradisional Biar Mudah Konsentrasi
Ia sedang berlatih menghafal gerakan tarian tradisional sebelum memadukannya dengan musik pengiring.
Penulis: Jelita Dini Kinanti | Editor: Ridwan Hardiansyah
Fitra Avelia (18) membenarkan bahwa sejak berlatih menari tradisional, ia lebih mudah konsentrasi.
“Gerakan-gerakan dalam tarian itu harus sesuai, makanya butuh konsentrasi. Itu berpengaruh ke hal lain, saya jadi lebih mudah konsentrasi,” kata Fitra.
Mahasiswi asal Bandar Lampung itu juga mengatakan, ia kini memiliki mental yang lebih berani.
Lantaran, ia kerap menari di depan banyak orang.
“Karena, tidak semua orang berani tampil di depan orang banyak,” ucap Fitra.
Fitra mengungkapkan, ada dua tarian tradisional Lampung yang dikenal, yaitu tari sembah atau sigeh pengunten dan tari bedana.
Karena itu, setiap penari yang berlatih di sanggar, biasanya wajib menguasai dua tarian tersebut.
“Dua itu utama dan wajib dikuasai, baru (tarian tradisional) lainnya menyusul,” ungkap Fitra.
Anggun menambahkan, kedua tarian tersebut telah menjadi ikon Lampung, yang dikenal banyak orang.
Sehingga, seorang penari yang menarikan tarian tradisional Lampung, wajib bisa menarikan kedua tarian tersebut.
“Bisa dikatakan, kedua tarian itu wajib dipelajari oleh penari khas tari Lampung. Kedua tarian itu juga paling sering dimainkan saat pentas, lomba, atau acara tertentu,” papar Anggun.
Pertama Kali Diajarkan Tarian Lampung
Bendahara Sanggar Sasana Budaya, Indah Afriyani Widyastuti mengatakan, pihaknya mengajarkan tari tradisional, tari modern, maupun tari kreasi.
Meski begitu, tari tradisional, khususnya tarian khas Lampung, menjadi menu wajib yang harus dipelajari.
Bahkan, tarian Lampung menjadi tarian pertama yang dipelajari setiap orang yang baru bergabung di Sanggar Sasana Budaya.
“Semua anggota di sini, pertama kali akan dilatih tarian Lampung, seperti bedana, sigeh pengunten, dan lain-lain,” ungkap Indah.